Ahad 11 Nov 2018 12:00 WIB

Pemerintah Targetkan PDB Indonesia Terbesar Kelima pada 2045

Bambang menyebut upaya pencapaian target sudah sesuai jalur.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, Pemerintah Indonesia saat ini sedang bekerja keras untuk mewujudkan Indonesia yang unggul, berbudaya, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan Visi Indonesia 2045.

“Sampai sejauh ini kita sudah on the right track, dan mudah-mudahan ke depan kita dapat mencapai apa yang ditargetkan di 2045," ujar Bambang dalam siaran pers, Ahad (11/11).

Bambang menambahkan, untuk mewujudkan visi tersebut pemerintah tidak dapat kerja sendirian dan membutuhkan dukungan dari semua pihak dan elemen masyarakat. Adapun Visi Indonesia 2045 memiliki empat pilar utama.

Pilar pertama yakni pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK dengan peningkatan taraf pendidikan rakyat Indonesia secara merata, peran kebudayaan dalam pembangunan. Selain itu juga, sumbangan iptek dalam pembangunan, derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat, serta reformasi ketenagakerjaan.

Bambang mengatakan, pada 2045, total penduduk Indonesia adalah 318,9 juta orang, dengan rasio ketergantungan 53,35 persen.  Oleh karena itu, pemerintah harus memanfaatkan bonus demografi ini dengan mengembangkan SDM berkualitas, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan mempromosikan gaya hidup sehat.

Bambang mengatakan, pemerintah mendorong pendidikan berkualitas tinggi, meningkatkan keterampilan tenaga kerja agar tidak tergantikan oleh teknologi, serta menggalakkan pelatihan vokasi dan kewirausahaan. Hal ini untuk menciptakan tenaga kerja berketerampilan tinggi, fleksibel, dan adaptif.

"Pemerintah juga meningkatkan akses universal terhadap fasilitas dan asuransi kesehatan nasional, serta mendorong  kemajuan teknologi kesehatan untuk menciptakan personalized medicine dan teknologi rekayasa genetika," kata Bambang.

Pilar kedua yakni pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan tersebut melalui peningkatan investasi dan daya saing ekonomi, percepatan industri serta pariwisata. Selain itu pembangunan ekonomi maritim, pemantapan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, peningkatan ketahanan energi dan air, serta komitmen terhadap lingkungan hidup.

Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2036 dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kelima dunia pada 2045. Bambang mengatakan, untuk mencapai target ini, pertumbuhan PDB Indonesia harus 5,7 persen per tahun.

Indonesia juga harus keluar dari jebakan negara kelas menengah atau Middle Income Trap pada 2036, dan PDB per kapita Indonesia harus menembus angka 23.199 dolar AS pada 2045. Selain itu, Indonesia juga harus masuk peringkat ke-10 dalam Ease of Doing Business(EoDB), dengan kontribusi investasi terhadap PDB Indonesia sebesar 38,1 persen.

"Untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia, Pemerintah melakukan penguatan pada sektor bernilai tambah tinggi, percepatan pada sektor inovasi tinggi, dan memastikan investasi yang berkelanjutan,” ujar Bambang.

Bambang juga menekankan pentingnya industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Karena untuk menjadi negara maju maka Indonesia harus melakukan modernisasi pada industri pengolahan sumber daya alam. Selain itu, Revolusi industri 4.0 juga harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing industri nasional, sehingga kontribusi industri terhadap PDB sebesar 26 persen pada 2045.

Pemerintah juga mendorong perdagangan luar negeri yang terbuka  dengan melakukan transformasi struktur ekspor dari komoditas menjadi barang dan jasa (B/J) manufaktur, ekspor bernilai tambah tinggi, serta menciptakan barang dan jasa berkualitas dunia dan inovatif.

Sehingga pada 2045 Indonesia menjadi bagian dari rantai nilai global dengan pangsa pasar 2 persen dari ekspor dunia atau pengekspor terbesar ke-10 dunia. Terkait ekonomi kreatif dan digital, Pemerintah juga akan mendorong pengembangan kompetensi SDM agar memiliki pemikiran kreatif dan berpikiran maju. Selain itu, pemerintah juga memfasilitasi pendanaan bagi start-up yang kompetitif dan dapat diakses bagi siapa saja.

Pemerintah juga akan menjadikan Indonesia sebagai destinasi unggulan pariwisata dunia pada 2045. Pariwisata sebagai kekuatan ekonomi lokal Indonesia juga merupakan salah satu kontributor utama cadangan devisa nasional dengan pertumbuhan 10,1 persen per tahun. Adapun total wisatawan mancangera yang kita targetkan pada 2045 adalah sebanyak 73,6 juta orang.

"Potensi pariwisata Indonesia sangat besar karena negara kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa, tenaga kerja produktif, harga bersaing, dan dukungan kebijakan Pemerintah," ujar Bambang.

Pilar Ketiga yakni pemerataan pembangunan, dengan percepatan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendapatan, pemerataan wilayah, dan pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi. Bambang mengatakan, pemerintah memperhatikan pertumbuhan ekonomi yang merata di keseluruhan desil pendapatan, sehingga tingkat kemiskinan Indonesia pada 2045 menuju nol atau 0,02 persen, dengan kemiskinan ekstrim bernilai nol pada 2040.

Kesenjangan pendapatan juga turun ke tingkat ideal pada 2035 dan tetap berada pada tingkat yang aman sampai 2045. Pemerataan pembangunan daerah juga ditingkatkan dengan mendorong pertumbuhan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) lebih tinggi, dengan mempertahankan momentum pertumbuhan KIB. Target pembangunan KTI pada 2045 adalah 74,9 persen, sementara Kawasan Barat Indonesia (KBI) adalah 25,1 persen.

Pilar Keempat yakni pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan. Bambang mengatakan, untuk mewujudkan pilar keempat tersebut, pemerintah meningkatkan demokrasi Indonesia menuju demokrasi substantif atau mengemban amanat rakyat. Selain itu, pemerintah juga melakukan  reformasi birokrasi dan kelembagaan dengan memperkuat struktur organisasi yang adaptif, efektif, dan kolaboratif, serta tata kelola yang terbuka, partisipatif, dan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement