Jumat 09 Nov 2018 13:21 WIB

BNI Syariah Bersiap Naik Kelas Menuju BUKU III

Aset BNI Syariah pada kuartal III 2018 mencapai Rp 38,9 triliun

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan melayani transaksi nasabah di kantor layanan BNI Syariah, Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan melayani transaksi nasabah di kantor layanan BNI Syariah, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BNI Syariah menyatakan tengah bersiap untuk naik kelas ke Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III. Meski demikian, perseroan belum bisa memastikan kapan tepatnya hal itu terjadi.

"Saya tidak tahu, apakah tahun depan atau dua tahun lagi naik kelas. Hanya saja bekal kita harus dicicil dari sekarang," ujar Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo kepada Republika, Kamis (8/11) malam.

Ia menjelaskan, mencicil bekal tersebut di antaranya dengan mengumpulkan berbagai prestasi. Sebagai informasi, BNI Syariah baru saja meraih Anugerah Syariah Republika untuk kategori 'The Best Sharia Bank' BUKU II.

Sebenarnya, kata dia, prestasi pun bukan segalanya karena kemanfaatan bagi umat lebih penting. "Prestasi sebuah milestone celengan atau award saving yang membuat kita lebih baik lagi mempersiapkan diri,"kata Abdullah.

Baginya, berdasarkan evaluasi, sebetulnya BNI Syariah sudah menjadi BUKU III. Hanya saja berdasarkan fakta, belum secara resmi.

"Insya Allah kalau tahun depan kita bisa naik grade jadi BUKU III. Kita pun harus go public mudah-mudahan," tuturnya. Dengan go public atau melantai di bursa, nilai serta kapitalisasi pasar BNI Syariah diharapkan bisa mencapai dua kali lipat.

Abdullah mengakui kebijakan untuk melantai di bursa atau melakukan Initial Public Offering (IPO) bukanlah ranahnya sebagai direksi, melainkan tergantung pemegang saham pengendali. Meski begitu, ia menegaskan, BNI Syariah siap terus melakukan pembaruan demi bisa naik menjadi bank BUKU III.

"Upgrade itu caranya bisa macam-macam. Bisa melalui IPO, strategic partner, dan lainnya. Kita siap lakukan apa saja, kalau pemegang saham pengendali perintahkan kita untuk laksanakan strategi, atau perintahkan untuk go public, kita siap," tegas Abdullah.

Aset BNI Syariah pada kuartal III 2018 mencapai Rp 38,9 triliun atau naik sebesar 21,5 persen secara year on year (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 14,2 persen.

Dari sisi bisnis, BNI Syariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 26,9 triliun atau naik 19,3 persen yoy. Kontribusi pembiayaan terbesar pada segmen konsumer sebesar Rp 13,6 triliun atau 50 persen. Diikuti oleh segmen komersial sebesar Rp 6,1 triliun (22,5 persen), segmen Kecil dan Menengah Rp 5,8 triliun (21,5 persen), segmen mikro Rp 1,0 triliun (3,8 persen) dan Hasanah Card Rp394 miliar (1,5 persen).

Selain pembiayaan, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp 33,5 triliun atau naik 21,4 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 9,6 persen (data SPS per Agustus 2018 BUS-UUS) dengan jumlah nasabah sebesar 2,8 juta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement