Selasa 13 Nov 2018 06:31 WIB

Harga Minyak Mentah Terus Turun

Arab Saudi akan memangkas pengiriman karena permintaan rendah.

Ilustrasi Kilang Minyak
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kilang Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah AS turun untuk sesi ke-11 berturut-turut, rekor paling panjang sejak kontrak mulai diperdagangkan. Pelemahan harga telah terjadi sejak awal sesi ketika Presiden AS Donald Trump mengatakan dia berharap tidak akan ada pengurangan produksi minyak.

Komentar Trump menyusul pernyataan dari menteri energi Arab Saudi yang mengatakan bahwa OPEC sedang mempertimbangkan pemotongan pasokan tahun depan. Arab Saudi telah menyatakan keprihatinan bahwa sanksi-sanksi AS telah menghilangkan lebih sedikit minyak dari pasar daripada yang diperkirakan.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), turun 26 sen AS per barel menjadi menetap di 59,93 dolar AS. Penurunan ini menandai penurunan harian ke-11 berturut-turut, terbesar sejak kontrak mulai diperdagangkan, menurut data dari CME Group.

Kontrak WTI terus menurun dalam perdagangan pascapenyelesaian, jatuh 1,48 dolar AS menjadi 58,71 dolar AS per barel pada pukul 15.34 waktu setempat. 

Minyak mentah Brent berjangka berbalik arah di akhir sesi, menetap turun enam sen AS menjadi 70,12 dolar AS per barel. Brent juga diperdagangkan lebih rendah dalam aktivitas pascapenyelesaian, turun 1,13 dolar AS menjadi 69,05 dolar AS per barel.

"Mudah-mudahan, Arab Saudi dan OPEC tidak akan memotong produksi minyak. Harga minyak akan jauh lebih rendah berdasarkan pasokan!" tulis Trump di Twitter. 

Minyak mentah AS berbalik negatif dan memperpanjang kerugiannya setelah cicitan tersebut.

Harga minyak telah menguat di awal sesi, setelah Arab Saudi mengatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya percaya bahwa permintaan yang sedang melemah cukup untuk menjamin pemotongan produksi satu juta barel per hari tahun depan. Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan OPEC dan sekutunya setuju bahwa analisis teknis menunjukkan kebutuhan untuk mengurangi pasokan minyak tahun depan sekitar satu juta barel per hari dari level Oktober.

Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, mengatakan pada Ahad (11/11) akan memangkas pengirimannya setengah juta barel per hari pada Desember karena permintaan musiman lebih rendah. "Kami agak kembali ke titik awal. Pasti terasa seperti November 2016 bagi mereka, banyak," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York, mengacu pada periode waktu ketika OPEC dan sekutunya setuju untuk memulai pemotongan produksi. 

Pasar telah mengantisipasi bahwa ekspor dari anggota OPEC Iran akan jatuh drastis menyusul dimulainya sanksi-sanksi AS pada November. Namun, AS telah memberikan keringanan untuk importir utama tertentu dari minyak mentah Iran, mengurangi pemotongan yang diperkirakan.

OPEC dan Badan Energi Internasional merilis laporan bulanan masing-masing tentang prospek pasokan minyak dan permintaan pekan ini. Harga minyak telah jatuh sekitar 20 persen pada bulan lalu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pasokan global dan ancaman perlambatan permintaan, terutama dari pelanggan yang mata uangnya melemah terhadap dolar AS dan mengikis daya beli mereka.

Produksi dari produsen minyak utama dunia Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi telah meningkat 1,05 juta barel per hari dalam tiga bulan terakhir. Hal ini membuat OPEC berebut untuk menyesuaikan produksinya sendiri, yang, sekitar 33,3 juta barel per hari, menyumbang sekitar sepertiga dari pasokan global.

Seorang pejabat dari anggota kelompok Kuwait mengatakan pada Senin (12/11) bahwa para eksportir minyak utama pada akhir pekan telah "membahas proposal untuk beberapa jenis pemotongan pasokan (minyak mentah) tahun depan", meskipun pejabat itu tidak memberikan rincian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement