Rabu 07 Nov 2018 13:35 WIB

Indonesia Setop Impor 9,2 Juta Ton Jagung

Produksi jagung saat ini mampu mencukupi kebutuhan domestik dan ekspor 372 ribu ton.

Ilustrasi panen jagung
Ilustrasi panen jagung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan upaya pemerintah dalam menggenjot produksi jagung menuai hasil yang memuaskan. Terbukti, produksi jagung hingga saat ini mampu mencukupi kebutuhan domestik dan sudah diekspor 372 ribu ton.

Upaya pencapaian swasembada jagung dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi jagung dengan peningkatan indeks pertanaman lahan sawah, penanaman di lahan kering, integrasi jagung di lahan sawit dan lainnya. Selain itu dilakukan penanganan pascapanen serta membangun kemitraan antara petani dengan Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT)

Hasilnya, pemerintah mampu melakukan pengurangan impor jagung sejak 2016. Jika pada 2015 total impor jagung 3,5 juta ton, selanjutnya 2016 menurun menjadi 1,3 juta ton. Tahun 2017 ditekan lagi menjadi nol impor jagung pakan ternak.

Seperti dalam siaran pers Kementan, Rabu (7/11), kumulatif impor jagung pakan ternak yang disetop dari 2016 hingga 2018 sejumlah 9,2 juta ton, dengan rincian 2016 menghemat tidak impor 2,2 juta ton, 2017 menghemat tidak impor 3,5 juta ton dan 2018 menghemat tidak impor 3,5 juta ton. Bahkan 2018 telah dilakukan ekspor 372 ribu ton.

Jika tidak ada program Upsus dan hanya dilakukan program yang biasa-biasa saja, maka diyakini Indonesia 2018 dipastikan impor 3,87 juta ton, yaitu 3,5 juta ton impor yang telah di-nol-kan ditambah 372 juta ton dari realisasi ekspor 2018. Ini artinya Program Upsus Jagung selama tiga tahun bisa menghemat devisa sebesar 9,6 juta ton senilai Rp 31 triliun.

Sejak tahun 2016-2018 sebagian pabrik pakan melakukan upaya-upaya rasionalisasi. Agar pakan bisa murah dengan mencampurkan gandum sebagai substitusi sebagian jagung.

Adanya kenaikan nilai dolar sebesar Rp 1.500 per 1 dolar AS, para pabrik pakan melakukan rasionalisasi dengan menggantikan sebagian komponen bahan pakan. Semula dari gandum impor menjadi dari jagung lokal. Sehingga izin impor gandum pakan sebanyak 200 ribu ton untuk pabrik pakan besar tidak direalisasikan, namun mereka menggantikannya dengan membeli jagung lokal.

Dampak pengalihan gandum ke jagung oleh pabrik pakan besar mengakibatkan jagung yang biasa diserap peternak kecil mandiri menjadi terserap oleh pabrik pakan besar. Akibatnya pasokan jagung pakan ternak yang tersedia diserap seluruhnya oleh pabrik pakan besar. Di mana kebutuhan total jagung pakan 18 juta ton per tahun atau 1,5 juta ton per bulan, di antaranya untuk peternak kecil mandiri sebesar 2,64 juta ton per tahun atau 220 ribu per bulan.

Akibat selanjutnya adalah pada waktu tertentu peternak kecil tidak memperoleh pasokan. Kondisi inilah yang terjadi pada pertengahan Oktober hingga awal November 2018, di mana ketersediaan jagung bagi peternak kecil berkurang dan harganya menjadi naik tidak terjangkau. Inilah yang membuat para peternak kecil protes berteriak menjerit.

Memperhatikan teriakan peternak kecil mandiri, Pemerintah berupaya hadir menyelesaikan masalah yang ada dengan opsi impor jagung 50 hingga 100 ribu ton bagi peternak kecil sebagai tindakan jaga-jaga. Jumlah impor ini sangat kecil dibandingkan prestasi ekspor jagung 372 ribu ton dan setop impor 3,5 juta ton tiap tahun.Jika harga jagung nasional turun, maka jagung eks-impor tidak dikeluarkan ke pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement