REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan pengembangan terhadap sapi biru Belgia atau Belgian Blue (BB). Kementan menargetkan pendistribusian sperma sapi jenis ini melalui inseminasi buatan (IB) ke peternak dapat dilakukan pada tahun 2020-2021.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Sugiono mengatakan, saat ini, pengembangan baru sampai pada tahap pengembangbiakkan. Setidaknya, diperlukan waktu dua tahun untuk dapat menghasilkan sperma.
"Karena harus berada di kandungan indukan sembilan bulan, lalu tumbuh besar dua tahun," ujarnya ketika ditemui Republika di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Senin (5/11).
Saat ini, Kementan sudah memiliki satu individu jenis Belgian Blues yang ditargetkan hasilkan sperma, yakni Gatot Kaca. Menurut Sugiono, Gatot Kaca merupakan anakan hasil transfer embrio yang diimpor langsung dari Belgia. Gatot Kaca kini sudah berusia sekitar satu tahun dan dipelihara di Singosari untuk dikaji.
Sugiono mengatakan, apabila Gatot Kaca sudah bisa menghasilkan sperma, Kementan akan melakukan penelitian dan kajian dulu untuk kemudian disebar ke peternak. "Ini untuk menghindari protes atau efek negatif lain," ujarnya.
Jika dirasa sudah sukses, baru sperma Gatot Kaca disebarkan ke pasaran peternak. Nantinya, sperma tersebut dapat diinjeksikan ke sapi lokal betina melalui skema inseminasi buatan. Kombinasi ini akan menghasilkan anakan sapi dengan genetika Belgian Blue 50 sampai 75 persen di tiap individu.
Penjualan ke peternak pun tidak dilakukan sembarang. Sugiono mengatakan, pihaknya akan uji coba dulu di peternak kelompok-kelompok tertentu yang memiliki infrastruktur bagus. Tenaga ahli dari Kementan yang sudah mendapat transfer teknologi dari ahli di Belgia akan turut mengawasi.
Nantinya, Sugiono menambahkan, kemungkinan anakan BB akan masuk dalam Program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab). Yakni, salah satu program yang dicanangkan Kementan untuk mengakselerasi percepatan target pemenuhan populasi sapi potong dalam negeri.
Kebijakan itu merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.
Sugiono optimistis, rencana ini dapat diadaptasi baik oleh peternak. Sebab, dalam mengembangbiakkan sapi BB, tidak dibutubkan perkuan khusus. "Jenis itu hanya butuh pakan dan air untuk tambahan, jadi mudah dilakukan," ucapnya.
Untuk tingkat keberhasilan inseminasi buatan, Sugiono menjelaskan, bisa mencapai 60 hingga 70 persen. Apabila peternak menggunakan sperma BB, banyak keuntungan yang didapatkan, terutama hasil daging. Sapi BB berusia dua tahun, memiliki berat 800 kilogram sampai satu ton, atau empat kali lebih berat dibandingkan sapi pada umumnya dengan usia yang sama.
Sementara itu, Atase Pertanian Indonesia untuk Belgia Wahida menjelaskan, sperma sapi BB yang sudah diimpor dari Belgia mencapai 1.800 straw. Dari jumlah itu, sudah digunakan sekitar 600an untuk transfer embrio. "Sisanya masih ada 1.200 yang akan digunakan sampai tahun depan," tuturnya.
Untuk mencapai target 1.000 sapi BB pada 2019, Kementan melalui BET Cipelang mengimpor 1.000 sperma dan 900 embrio Belgian Blue dari Belgia. Sementara untuk sperma harganya sebesar Rp 450 ribu per dosis atau suntikan dan embrio hampir mencapai Rp 11 juta per embrio.
Baca juga, Kementan Optimistis Target 1.000 Sapi Belgian Blue Tercapai