Senin 05 Nov 2018 17:14 WIB

Dubes RI di Belgia Tengok Sapi Belgian Blue di Bogor

Pengembangbiakan sapi jenis BB merupakan upaya Pemerintah memenuhi kebutuhan protein.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda
Duta Besar Indonesia untuk Belgia dan Keharyapatihan Luksemburg Yuri  Oktavian Thamrin (tengah) saat melihat sapi Belgian Blues di Bogor, Senin  (5/11).
Foto: Biro Humas Kementan
Duta Besar Indonesia untuk Belgia dan Keharyapatihan Luksemburg Yuri Oktavian Thamrin (tengah) saat melihat sapi Belgian Blues di Bogor, Senin (5/11).

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR --  Duta Besar Indonesia di Belgia Yuri O Thamrin dan Perwakilan dari Kedubes Belgia di Indonesia, Cristophe Van Overstaeten, menyaksikan langsung progress pertumbuhan dan performa sapi Belgian Blue (BB) di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor Senin (5/11). Yuri O Thamrin memberikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian atas keberhasilannya mengembangkan sapi Belgian Blue di Indonesia.

Ia berharap, performa sapi BB dengan potensi karkasnya yang besar yakni 70 sampai 80 persen dapat menjadi peluang pengembangan sapi di Indonesia.  “Upaya yang dilakukan pemerintah ini diharapkan ke depan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani asal ternak bagi masyarakat Indonesia,” tuturnya ketika ditemui di sela kunjungan.

Yuri menambahkan, untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan pengembangan sapi BB, saat ini Indonesia sedang mengusulkan kerja sama dengan pemerintah Belgia. Khususnya dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam manajemen kelahiran sapi secara sesar.

Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sugiono mengatakan, jenis BB merupakan rumpun sapi potong kelompok Bos Taurus yang berasal dari negara Belgia.

Keunggulan sapi BB diantaranya mempunyai konformasi perototan yang baik dan persentase karkas yang tinggi sekitar 20 persen. Lebih tinggi dari persentase karkas sapi pada umumnya. Kandungan lemaknya pun relatif lebih rendah dan memiliki efisiensi penggunaan pakan yang baik.

"Potensi produksi karkas yang tinggi dan performans yang baik merupakan harapan bagi pemenuhan kebutuhan protein bagi masyarakat,” ujar Sugiono.

Pengembangan BB di BET Cipelang dimulai sejak tahun 2016, ketika mulai dilakukan pengadaan embrio beku dan semen beku BB. Kegiatan ini kini telah membuahkan hasil yang ditandai dengan kelahiran sapi hasil persilangan antara semen beku BB dengan sapi perah melalui inseminasi buatan (IB) Besar Indonesia di Belgia dan kelahiran sapi murni hasil transfer embrio (TE).

Program pengembangan BB merupakan terobosan dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk melakukan introduksi bangsa sapi baru BB dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Ia menargetkan, pada tahun 2019, akan ada kelahiran keturunan BB menjadi 1.000 ekor baik melalui TE maupun IB.

Sugiono menambahkan, pengembangan sapi BB saat ini masih dilakukan secara terbatas di 11 Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Kementan. Selain di BET Cipelang. Ada juga di Balai Besar Perbibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BBPTU HPT) Baturraden dan Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara.

Sugiono menjelaskan, pengembangan sapi BB di Indonesia dilakukan melalui dua cara, yakni melalui teknologi IB dan TE. Teknologi TE dilakukan dengan menggunakan embrio yang berasal dari Belgia. Impor dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 masing-masing sebanyak 900 embrio. Pelaksanaan TE dilakukan untuk menghasilkan sapi BB murni (100 persen).

Keturunan hasil TE akan digunakan di Balai Inseminasi Buatan nasional sebagai penghasil semen beku dan pada UPT perbibitan lingkup Kementan. Sementara itu, teknologi IB dilakukan dengan menggunakan semen beku sapi BB yang diimpor dari Belgia pada tahun 2018 sebanyak 1000 straw, sehingga diharapkan akan dihasilkan keturunan sapi BB dengan komposisi darah 50 persen. Keturunan ini akan di-IB dengan semen beku BB dan akan dihasilkan keturunan sapi BB dengan komposisi darah BB 75 persen. 

Sampai dengan Ahad (4/11), total kelahiran sapi Belgian Blue dengan dua metode ini adalah sebanyak 91 ekor. Sebanyak 47 ekor hasil TE dan hasil IB sebanyak 44 ekor. “Sedangkan sapi yang bunting dari IB sebanyak 126 ekor dan TE sebanyak 150 ekor,” ujarnya.

Sapi hasil TE pertama dan hasil persilangan pertama yang lahir di BET Cipelang saat ini telah didistribusikan ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari untuk diproduksi semen bekunya. Setelah mendapatkan rekomendasi dari komisi bibit dan pakar pendamping, semen beku ini akan diedarkan ke seluruh masyarakat peternak Indonesia.

Sementara itu, Kepala BET Cipelang Oloan Parlindungan mengatakan, persilangan sapi BB dengan jenis sapi lain menghasilkan pola warna yang unik dan beragam.  Persilangan sapi BB dilakukan dengan bangsa sapi FH, Simmental, Limousin, Angus, Brahman, PO, Aceh, Madura.

Selain melakukan persilangan sapi BB dengan jenis lainnya, BET Cipelang telah mencoba melakukan produksi embrio yang dihasilkan dari sapi Aceh dan semen beku BB untuk menghasilkan keturunan BB dengan komposisi darah 50 persen. Dari hasil produksi embrio ini, telah lahir sapi keturunan BB yang lahir secara normal tanpa operasi sesar. 

Selain itu juga dilakukan produksi embrio pada sapi keturunan BB betina dengan semen beku BB untuk menghasilkan keturunan BB dengan komposisi darah 75 persen. Perkawinan antar sapi keturunan BB menghasilkan sapi dengan bobot lahir yang normal, sehingga dapat lahir secara normal tanpa operasi sesar. 

"Sapi-sapi hasil persilangan inilah yang kelak akan dikembangkan di Indonesia karena mampu lahir secara normal tanpa operasi caesar, namun memiliki pertumbuhan dan performa tubuh yang bagus,” ujar Oloan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement