REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian bersama Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja ke kawasan cabai Kelompok Tani Maju Mandiri Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Kunjungan ini merupakan bentuk kepedulian wakil rakyat untuk meninjau progres pengembangan komoditas 'pedas' ini. Dalam kesempatan itu, Komisi IV DPR RI juga membagikan bantuan benih cabai kepada kelompok tani setempat.
Kunjungan kerja Komisi IV DPR RI ke Provinsi Kepulauan Riau dipimpin wakil ketua Daniel Johan dengan anggota, antara lain, Sudin, Robert Joppy Kardinal, Agustina Wilujeng Pramestuti, Oo Sutisna, AA Bagus Adhi Mahendra Putra, dan HM Salim Fakhry.
"Cabai ini komoditas strategis. Agar produksi cabai di Batam meningkat dan petani sejahtera, maka tidak hanya budidayanya, tapi cabai perlu ditingkatkan menjadi cabai olahan, dikemas saset atau botol," kata Daniel Johan dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Menurut Daniel, reformasi agraria perlu dilakukan agar buruh tani dan petani memiliki lahan sendiri. "Para petani agar mengembangkan industri pengolahan sehingga ada nilai tambahnya," ujarnya.
Sementara itu, Sudin meminta Dinas Pertanian lebih aktif di lapangan. Penyuluh pertanian juga aktif membina petani agar petani berproduksi dan sukses. "Saya mendukung pemerintah yang sudah berupaya mengembangkan hortikultura. Saya juga apresiasi kepada Mentan dan jajarannya, karena sejak 2016, Indonesia sudah tidak impor cabai segar, bahkan kini ekspornya semakin meningkat,” tuturnya.
Ketua Kelompok Tani Maju Mandiri, Thomas, berharap dukungan pemerintah untuk memberikan bantuan alat pertanian dan kendaraan. Kelompok Tani Maju Mandiri merupakan salah satu dari tujuh kelompok tani penerima bantuan pengembangan kawasan cabai seluas 25 hektare dari Kementerian Pertanian melalui APBN Direktorat Jenderal Hortikultura 2018. Kelompok tani ini juga mendapat binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian dalam bentuk demplot. Selain itu, petani juga mendapat bimbingan Sekolah Lapang Budidaya Cabai dalam mendukung pengembangan kawasan dan peningkatan produksi.
Kunjungan dilanjutkan ke lokasi perubahan fungsi kawasan hutan dalam RTRW di Batuaji Barelang, lalu ke Balai Budidaya Laut, dan diakhiri ke gudang Bulog Batu Merah.
Dirjen Hortikultura Suwandi menyampaikan, pengembangan cabai di wilayah Kepri, termasuk Batam, ini dimaksudkan agar kebutuhan konsumsi sayuran, khususnya cabai, dapat dipenuhi dari petani sekitar.
"Tahun ini pengembangan cabai seluas 25 hektare dan tahun depan ditambah lagi 15 hektare. Ini agar dipupuk dan dirawat sehingga produktivitas tinggi," ujarnya.
Kementan berharap kawasan cabai di Kota Batam semakin luas, produksi meningkat, dan bisa menjadi buffer zone untuk Kepulauan Riau. Target ke depan adalah mampu mengisi pasar ekspor ke luar negeri mengingat lokasinya yang sangat strategis berbatasan langsung dengan negara Singapura.
"Pengembangan cabai akan terus ditingkatkan untuk pemenuhan kebutuhan Kepri. Prospek ke depannya setelah tercukupi adalah membidik pasar ekspor cabai,” kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Riau, Muhammad Izhar.
Produksi cabai di Provinsi Kepulauan Riau 2017 sebesar 3.005 ton, masing-masing produksi cabai besar 1.944 ton, dan cabai rawit 1.061 ton. Harga cabai merah keriting di tingkat petani saat ini berkisar Rp 27 ribu–Rp 35 ribu per kg.
Sedangkan, produksi cabai nasional 2017 sebesar 2,36 juta ton, terdiri atas cabai besar 1,20 juta ton dan cabai rawit 1,16 juta ton. Kebutuhan konsumsi nasional 2018 cabai besar 1,14 juta ton dan cabai rawit 0,86 juta ton (Susenas 2017).
Perkiraan produksi 2018 naik lebih tinggi dan surplus meningkat. Terhitung sejak 2016, Indonesia sudah lagi tidak impor cabai segar. Sepanjang 2017-2018 harga cabai stabil, bahkan saat Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal, dan tahun baru.