Kamis 01 Nov 2018 08:37 WIB

Program UPSUS Kementan Tingkatkan Luas Tanam Padi Sragen

Pencapaian Luas Tambah Tanam Padi Oktober 2017 - September 2018 surplus 6.400 hektare

Red: EH Ismail
Direktur Jenderal Hortikultura Dr. Suwandi selaku Penanggungjawab Upsus Pajale Tingkat Provinsi Jawa Tengah di acara Rapat Koordinasi sekaligus memberikan penghargaan kepada Pemkab Sragen, Jawa Tengah, Rabu (31/10).
Direktur Jenderal Hortikultura Dr. Suwandi selaku Penanggungjawab Upsus Pajale Tingkat Provinsi Jawa Tengah di acara Rapat Koordinasi sekaligus memberikan penghargaan kepada Pemkab Sragen, Jawa Tengah, Rabu (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Program Upaya Khusus Kementerian Pertanian (Kementan) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) berhasil menambah Luas Tanam Padi di Kabupaten Sragen. Pencapaian Luas Tambah Tanam Padi periode Oktober 2017 - September 2018 surplus 6.400 hektare.

Direktur Jenderal Hortikultura Dr. Suwandi selaku Penanggungjawab Upsus Pajale Tingkat Provinsi Jawa Tengah mengatakan, dengan capaian tersebut, Sragen meraih peringkat kedia se-Jawa Tengah. Sragen berhasil menambah tanam padi seluas 109.208 hektare atau surplus seluas 6.400 hektare dibandingkan dengan periode yang sama Oktober 2016 - September 2017 seluas 102.808 hektare.

“Prestasi ini berkat perluasan tanam padi gogo hingga 5.250 hektar,” kata Suwandi di acara Rapat Koordinasi sekaligus memberikan penghargaan kepada Pemkab Sragen, Jawa Tengah, Rabu (31/10).

Menurut Suwandi, potensi padi gogo sangat luas 29 ribu hektare pada lahan kering, bisa ditanam saat ada hujan. Ia menilai perlu terobosan padi gogo dan tumpang sari dengan benih unggul guna naikkan produktivitas.

“Diharapkan prestasi capaian ini ditularkan kepada Kecamatan lain sehingga  berdampak luas pada peningkatan produksi padi,” ujar Suwandi.

Suwandi juga memaparkan beberapa strategi untuk menggenjot produksi padi di Sragen. Pertama, melakukan tabela (tanam benih langsung) padi gogo pada saat musim gadu dan disaat air terbatas Kedua, mengembangkan pola tumpangsari berbagai tanaman dan palawija. Ketiga, percepat tanam dengan sistem methuk, serta keempat pemanfaatan pematang sawah untuk ditanam jagung, kacang, kedelai, refugia dan lainnya. 

“Prinsipnya tiada hari tanpa olah tanah, tanam dan panen. Semua dilakukan secara terus menerus dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Pola ini diyakini mampu meningkatkan produksi sekaligus berbagai komoditas dan pendapatan petani,” ucapnya.

Suwandi mengatakan. untuk meningkatkan produktivitas dapa dilakukan melalui penggunaan benih unggul bersertifikat mengingat benih sebagai penciri produksi. Juga menggunakan pupuk organik, pupuk hayati ramah lingkungan sehingga diperoleh kesuburan lahan.

“Serta yang ketiga adalam optimalisasi pemanfaatan alsintan serta mengoptimalkan brigade alsintan yang sudah dibentuk di Dinas Pertanian maupun yang sudah dimiliki oleh Kodim 0725/Sragen,” sebutnya.

Menurutnya, mekanisasi dilakukan lebih efisien, agar pompanisasi semula menggunakan bahan bakar dengan biaya Rp 1,5 juta perhektar permusim dapat dihemat hingga tinggal Rp 600 ribu dengan cara menggunakan listrik dan menghemat hingga 50 persen bila menggunakan gas.

“Juga menghemat hingga 80 persen lebih bila menggunakan solar-cel energi surya, ini harus dimulai dengan demplot-demplot, satu kecamatan minimal satu demplot. Karena itu, petugas lapangan agar memotivasi petani baik secara swadaya maupun mengoptimalkan bantuan dari Pemerintah,” paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Eka Rini mengatakan Sragen merupakan lumbung pangan di Provinsi Jawa Tengah, paling tidak peringkat 5 besar se Jawa Tengah.

“Alhamdulillah tambah tanamnya menjadi peringkat kedua. Ini tentunya berkat bantuan dan dukungan dari Kementan, TNI, petani dan berbagai pihak,” katanya.

Eka menyebutkan, Sragen hanya memiliki sekitar 9.000 hektar yang merupakan daerah irigasi teknis, sehingga diperlukan adanya terobosan seperti penerapan padi gogo dan tumpangsari tanaman. Hal ini selaras dengan yang disampaikan Dirjen Hortikuktura. “Kabupaten Sragen memiliki potensi lahan sawah 39.833 hektar dan lahan tegal 29.019 hektar,” kata Eka.

Dalam rangka mensukseskan Upsus Pajale, lanjut Eka,  melalui Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), pengunaan benih unggul, pola tanam jarwo super dan sekolah lapang bagi petani serta meningkatkan ketersediaan air (pembuatan sumur dangkal, embung, serta pompanisasi). “Juga mengatur jadwal tanam yang tepat, pendampingan dan pengawalan penyuluh dan atau pengendalian OPT, serta mekanisasi pertanian,” ujar Eka.

.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement