Selasa 30 Oct 2018 19:05 WIB

Beras Premium Banjiri Pasar Induk Cipinang

Beras premium mengisi 60 persen pasokan beras di Pasar Induk Cipinang

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Stok beras di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC)
Stok beras di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) masih mengalami pergeseran pola. Beras premium tahun ini memenuhi proporsi beras di DKI Jakarta.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengatakan, terjadi pergeseran proporsi beras di DKI Jakarta. Pada 2014, beras premium mengisi 35 persen dari total pasokan sementara beras medium mencapai 65 persen.

"Alasannya, saat itu ada tujuh jenis beras medium," katanya saat ditemui di Gedung Kementan, Selasa (30/10).

Ia melanjutkan, proporsi tersebut mulai berbalik pada 2015. Beras premium mengisi 60 persen sementara beras medium sebesar 40 persen dengan empat jenis varietas medium.

Namun, mulai 2016 jenis beras medium semakin sedikit yakni tiga jenis. Hal ini  berdampak pada peningkatan proporsi beras premium.

Pada 2016, sebanyak 70 persennya adalah beras premium dan 30 persen beras medium. Bahkan pada 2018 ini, hanya ada dua jenis beras medium yakni IR 64 III dan Muncul III. Hal ini berdampak pada keberadaan beras premium yang mencapai 80 persen dari total pasokan beras di PIBC.

Berdasarkan laman PIBC, pasokan beras saat ini sebesar 49.914 ton. Angka pasokan normalnya sendiri yakni 20 ribu ton. Angka tersebut masih belum mencakup pasokan Bulog dan beras yang berada di rumah tangga.

"Suplai ke DKI masih cukup," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, stok yang dimiliki Perum Bulog saat ini mencapai lebih dari 2,4 juta ton.

"Hal ini menandakan kuatnya stok negeri ini " ujar dia.

Stok yang cukup besar ini tidak memadai disimpan pada gudang yang ada, sehingga harus menyewa gudang tambahan, baik gudang swasta maupun TNI demi menjaga kuantitas maupun kualitas beras.

Di sisi lain, perusahaan pelat merah ini harus menjaga stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) pada posisi satu juta hingga 1,5 juta ton yang tersebar di gudang-gudang Bulog seluruh Indonesia. Stok tersebut siap disalurkan bila dibutuhkan pemerintah baik untuk bencana alam maupun intervensi pasar guna menjaga stabilisasi harga.

"Sebagai stabilisator harga pangan pokok khususnya beras, Perum BULOG terus lakukan intervensi pasar secara berkesinambungan dengan menggelontorkan beras sebanyak-banyaknya melalui Operasi Pasar. Dengan ini, pangan pokok khususnya beras tetap tersedia dalam jumlah dan kualitas yang baik,” Ujar Budi Waseso.

Bulog telah menggelontorkan operasi pasar CBP sejak Januari 2018 sampai saat ini sebanyak 384.328 ton, dengan kisaran 2.500 ton per hari. Diproyeksikan, kebutuhan untuk operasi pasar akan mengalami kenaikan tajam menjelang akhir tahun.

"Kami terus pantau perkembangan harga pangan pokok khususnya beras dari hari ke hari supaya intervensi pasar dapat segera kami lakukan dengan menggelontorkan stok CBP dan komoditi komersial yang kami miliki," tegas Budi.

Rata-rata serapan Bulog 3.000 ton per hari  yang terus melakukan penyerapan terhadap beras petani lokal.

Dengan serapan yang terus menerus dilakukan tersebut, sampai akhir tahun ini stok Bulog diperkirakan mencapai 2,7 juta hingga 3 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement