Jumat 26 Oct 2018 19:12 WIB

Mengikuti Selera Pasar Bisa Tingkatkan Ekspor Furnitur

Kelebihan bahan baku menjadi kekuatan produksi furnitur Indonesia.

 Pengunjung melihat koleksi furniture saat dibuka gerai Andaleto di Kemang Square, Jakarta, Kamis (27\10).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pengunjung melihat koleksi furniture saat dibuka gerai Andaleto di Kemang Square, Jakarta, Kamis (27\10).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan, kunci untuk meningkatkan ekspor furnitur adalah dengan mengikuti dan memenuhi selera pasar. Pernyataan ini disampaikan pada pembukaan The International Furniture and Craft Summit 2018 di sela-sela Trade Expo Indonesia 2018 di International Convention Exhibition (ICE) BSD di Tangerang, Jumat (26/10).

"Untuk merebut dan memenangkan pasar global produk furnitur, para pengusaha harus mengikuti dan memenuhi selera pasar. Jika para pengusaha mampu menyesuaikn selera pasar, maka produk-produknya akan banyak diminati para pembeli," kata Enggartiasto.

Menurutnya, ketersediaan bahan baku untuk memproduksi furnitur di Indonesia merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh negara lain. "Kelebihan bahan baku yang menjadi kekuatan produksi furnitur Indonesia ini harus didukung dengan nilai tambah produk.

Pada kesempatan tersebut, Enggar juga mengajak para pelaku industri furnitur yang tergabung dalam Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajianan Indonesia (ASMINDO) untuk saling bertukar pikiran guna memajukan ekspor, khususnya ke pasar-pasar nontradisional seperti Afrika, Euroasia, Timur Tengah, Asia Selatan termasuk ke tetangga dekat ASEAN. 

Pemerintah akan memfasilitasi para pelaku usaha dengan membuka pasar baru melalui perjanjian perdagangan dengan negara-negara lain.

Mendag menyatakan yakin bahwa pertumbuhan ekspor furnitur akan terus meningkat. Selain bahan baku kita melimpah, Indonesia memiliki kelebihan dalam aspek rasa dan hasil karya perajin Indonesia telah diakui dunia. 

Data pada 2017 mencatat nilai ekspor furnitur kayu, rotan, dan bambu sebesar 1,36 miliar dolar AS. Adapun pada 2018 hingga Agustus, ekspor furnitur tercatat sebesar 1,09 miliar dolar AS atau meningkat 2,75 persen dibandingkan periode yang sama di 2017.

Adapun negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor furnitur Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Jepang, Belanda, Inggris, dan Jerman. 

Ekspor furnitur kita ke lima negara tersebut berkontribusi lebih dari 64 persen ekspor furnitur di tahun 2017, sehingga negara-negara tersebut tergolong dalam kategori pasar tradisional.

Pada penyelenggaraan TEI kali ini, furnitur tetap menjadi salah satu produk yang banyak dicari oleh buyers. Berdasarkan data registrasi daring, sebanyak 915 buyers menyatakan kunjungannya ke TEI untuk mencari produk furnitur. 

Jumlah tersebut belum termasuk dengan buyers yang melakukan registrasi di TEI 2018. Per 25 Oktober 2018, furnitur merupakan produk dengan transaksi terbanyak urutan ke-11 dengan nilai 12,26 juta dolar AS. 

Di samping itu, sejumlah perwakilan perdagangan juga menginisiasi berbagai kerja sama dagang antara pelaku usaha di negara akreditasinya dengan pengusaha furnitur Indonesia.  Terdapat tujuh penandatanganan MoU yang diagendakan pada TEI 2018 untuk furnitur, di antaranya berasal dari Italia, Australia, Spanyol, Belgia, dan Singapura.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement