Jumat 26 Oct 2018 01:00 WIB

Data Pangan Akurat, Pengusaha Tenang

Dengan metode KSA, BPS bisa mendapatkan data produksi beras setiap bulan.

Rep: Melisa Riska Putri / Red: Satria K Yudha
Buruh tani membawa padi saat musim panen terakhir tahun 2018 di Kasreman, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (23/10/2018).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Buruh tani membawa padi saat musim panen terakhir tahun 2018 di Kasreman, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (23/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan perhitungan metodologi data pangan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) disambut baik Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi). Data beras yang semakin akurat dinilai membuat pengusaha beras semakin tenang dalam menjalankan bisnisnya. 

Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso mengatakan, pemutakhiran metodologi akan membuat prediksi produksi mendekati kebenaran. Akurasi data tersebut tidak akan membuat pengusaha dicurigai terlibat kecurangan dalam permainan pasokan beras.

"Bagi Perpadi tentunya nanti tidak akan ada kecurigaan yang berlebihan," katanya saat dihubungi, Kamis (25/10).

Ia mengatakan, pengusaha kerap disudutkan saat produksi beras dilaporkan tinggi, namun barangnya tidak ada. Pengusaha dianggap menyimpan beras tersebut demi keuntungan pribadi. Pemerintah akhirnya turun tangan dengan melakukan pengawasan yang sangat ketat.

Dengan akuratnya data berkat metodologi baru, ia melanjutkan, akan diketahui situasi sesungguhnya di lapangan, termasuk bisa mengetahui keberadaan stok beras. "Bagi teman-teman di penggiliingan ini akan menjadi lebih tenang," ujarnya.

Seperti diketahui, BPS Badan Pusat Statistik (BPS) telah meluncurkan data luas panen dan produksi padi di Indonesia pada 2018. Dalam data tersebut, diketahui perkiraan total produksi beras 2018 sebesar 32,4 juta ton. Sementara, konsumsi beras di Indonesia tahun ini diperkirakan sekitar 29,57 juta juta ton. Dengan demikian, surplus produksi beras di Indonesia pada 2018 diperkirakan sekitar 2,85 juta ton. 

Data tersebut merupakan hasil perbaikan yang dikerjakan BPS bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Badan Informasi Geospasial (BIG) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). 

BPS kemudian menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) yang dapat memberikan informasi produksi beras secara lebih akurat. Total luas panen padi pada 2018 adalah sebesar 10,9 juta hektare dari luas lahan baku sawah sebesar 7,1 juta hektare. Kemudian, BPS memperkirakan total produksi padi pada 2018 mencapai 56,54 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Tiga provinsi dengan produksi padi tertinggi adalah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah dengan produksi masing-masing sebesar 10,54 juta ton, 9,54 juta ton, dan 9,51 juta ton. 

Dengan mengandalkan metode KSA, BPS bisa mendapatkan data produksi beras setiap bulan dan sekaligus memperkirakan potensi produksi untuk tiga bulan ke depan. Hal ini pun dapat menjadi acuan pemerintah sebelum mengeluarkan kebijakan terkait perberasan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement