Kamis 25 Oct 2018 21:04 WIB

Masyarakat Kelas Atas Indonesia Bidik Properti Australia

Tren masyarakat Indonesia untuk bersekolah di Australia terus menanjak.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Deretan apartemen di Australia (Ilustrasi)
Foto: ABC News
Deretan apartemen di Australia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Australia mulai dibidik masyarakat kelas menengah atas Indonesia sebagai salah satu alternatif untuk berinvestasi di sektor properti. Padahal, sebelumnya masyarakat kelas menengah atas Indonesia lebih memilih Singapura. Salah satu penyebabnya adalah pajak.

"Di Singapura pajak jual beli properti untuk pembeli asing, balik nama, dan sejenisnya mencapai 24 persen. Sementara di Australia 12 persen, separuhnya," ujar General Manager Strategic and Corporate Communication Indonesia Crown International Holdings Group, Bagus Sukmana, pada Mastery by Crown Group Asia Region Press Launch di Luxton Hotel, belum lama ini.

Selain itu, menurut Bagus, saat ini tren masyarakat Indonesia untuk bersekolah di Australia terus menanjak. Dengan mempertimbangkan biaya sewa dan harga unit apartemen di Australia, banyak di antara mereka yang akhirnya memilih membeli unit apartemen.

"Apalagi, status kepemilikan apartemen di Australia bagi warga asing itu hak milik seumur hidup, jadi bisa diwariskan. Sementara di Singapura adalah hak guna pakai selama 99 tahun," katanya.

Bagus mengatakan, kalaupun pada akhirnya ada hal buruk yang menimpa unit apartemen yang membuat tidak bisa lagi ditinggali, sang pemilik akan mendapatkan ganti rugi. Risiko kepemilikan aset properti di Australia relatif kecil.

"Lingkungan di Australia juga sangat nyaman untuk ditinggali. Beberapa kota di Australia, seperti Sydney, masuk 10 besar kota paling layak huni di Indonesia," katanya.

Dari sisi harga properti, kata dia, di kota-kota besar seperti Sydney, kenaikannya mencapai 8 sampai 10 persen per tahun. Bahkan, pada 2015 kenaikan harga properti di Australia bisa mencapai 15 persen.

"Faktor-faktor tersebut membuat semakin banyak yang mengalihkan investasi properti dari Singapura ke Australia," kata Bagus.

Menurut Bagus, sebagian besar masyarakat Indonesia yang memiliki properti di Australia,membeli unit tersebut untuk keperluan investasi. Kontribusinya bisa mencapai 50 persen.

"Sebanyak 30 persen untuk sekolah dan 15 persen sampai 20 persen untuk menghabiskan hari tua," katanya.

Bagus mengatakan, salah satu kota di Indonesia yang warganya paling banyak memiliki unit properti di Australia adalah Bandung. Itulah mengapa Bandung menjadi salah satu targt pasar bagi Crown Group, selain Jakarta dan Surabaya.

Tahun ini Crown Group, akan membangun apartemen bergaya Jepan dengan mengusung kolaborasi tiga arsitek papan atas dunia. Apartemen yang berlokasi di kawasan Waterloo, Sydney, tersebut selesai pada 2021. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement