Rabu 24 Oct 2018 18:36 WIB

Akibat Selisih Kurs, PLN Batal Kantongi Laba

Pada Semester I 2018, PLN mencatat rugi sebesar Rp 5,35 triliun

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Gedung PT PLN Pusat
Foto: Antara
Gedung PT PLN Pusat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tak bisa membukukan laba bersih pada akhir tahun ini karena beban kurs. Namun, secara laba operasional PLN masih yakin bisa membukukan laba.

Direktur Keuangan PLN, Sarwono menjelaskan beban kurs memang menguras laba PLN pada tahun ini. Hal ini disebabkan acuan kurs yang dibuat PLN pada awal tahun sebesar Rp 13.800 per dolar AS sedangkan saat ini rupiah berada di angka Rp 15.200 per dolar AS.

"Kalau dari segi pembukuan, Nilai kurs kan 15.200 naik kan. tapi kalau berubah lagi, ya pembukuan turun lagi. jadi ini soal pembukuan aja. Kita tidak bisa mencatatkan laba," ujar Sarwono di DPR, Rabu (24/10).

Sarwono menjelaskan hingga saat ini PLN belum bisa memberikan perincian berapa angka kerugian dan laba operasional yang bisa dikantongi PLN. Hal ini kata Sarwono dikarenakan angka terus berubah sampai akhir tahun.

"Tapi dari sisi operasional kita untung. Ini angka berubah terus. operasionalnya doakan untung. Tetapi pembukuan ada ruginya," ujar Sarwono.

Sarwono menjelaskan meski tak bisa mengantongi laba bersih, PLN masih mencoba berusaha untuk bisa menutup laba operasional. "Pokoknya dari sisi operasional kita untung. Dan tidak menganggu investasi kita. Karena ruginya rugi buku aja," ujar Sarwono.

Pada Semester I kemarin, perusahaan mencatat rugi sebesar Rp 5,35 triliun. PLN mencatat rugi tersebut yang disebabkan oleh membengkaknya beban usaha yang ditanggung perseroan. Beban usaha tercatat meningkat dari Rp 130,25 triliun di semester I 2017 menjadi Rp 142,42 triliun pada semester I 2018.

Beban usaha tersebut terdiri dari beban bahan bakar pelumas yang mengalami kenaikan 16,73 persen dari Rp 55,39 triliun periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 64,66 triliun, beban pembelian tenaga listrik naik 10,07 persen dari Rp 34,35 triliun menjadi Rp 37,81 triliun.

Lalu, beban untuk pemeliharan naik 20,07 persen dari Rp 7,92 triliun menjadi Rp 9,51 triliun, beban dari penyusutan naik 6,5 persen dari Rp 14,18 triliun menjadi Rp 15,11 triliun.

Perusahaan listrik pelat merah ini juga mencatat rugi kurs sebesar Rp 11,57 triliun. Padahal di periode yang sama sebelumnya hanya mencatat Rp 222,45 miliar. Serta beban keuangan yang mencapai Rp 10,13 triliun.

Namun demikian, perseroan mencatat kenaikan pendapatan dari penjualan listrik sebesar 7,37 persen dari Rp 118,43 triliun menjadi Rp 127,16 triliun. Selain itu, perseroan juga mencatat pendapatan dari penyambungan listrik ke pelanggan yang meningkat dari Rp 3,28 triliun menjadi Rp 3,54 triliun.

Sementara untuk jumlah ekuitas dan liabilitas sampai dengan 30 Juni 2018 sebesar 1.355 triliun dengan masing-masing jumlah ekuitas sebesar Rp 868 triliun dan jumlah liabilitas Rp 486 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement