Selasa 23 Oct 2018 16:49 WIB

Ekonomi Kreatif Diharapkan Jadi Model Ekonomi Baru Indonesia

Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Indonesia Triawan Munaf memberikan paparannya saat  acara BEKRAF Outlook Conference 2019 di Jakarta, Rabu (17/10).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Indonesia Triawan Munaf memberikan paparannya saat acara BEKRAF Outlook Conference 2019 di Jakarta, Rabu (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf menilai, ekonomi kreatif akan menjadi model ekonomi baru yang berkelanjutan dan diharapkan dapat menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia di kemudian hari. Sebab, kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB), tenaga kerja dan tingkat ekspor terus mengalami peningkatan.

Triawan menjelaskan, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2016, sumbangannya mencapai Rp 922 triliun, sementara pada 2017 sudah menyentuh angka Rp 1.009 triliun.

"Tahun ini, kami prediksi bisa sampai ke Rp 1.105 triliun," ucapnya dalam acara diskusi empat tahun kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla bertajuk ''Membangun Manusia Indonesia, Menuju Negara Maju di Jakarta'', Selasa (23/10).

Secara share, PDB ekonomi kreatif terhadap PDB nasional pada 2017 mencapai 7,57 persen. Persentase ini meningkat terus dari 2016 yang mencapai 7,44 persen dan 7,39 persen pada 2015. Triawan berharap, angka ini dapat terus meningkat seiring dengan berkembangnya platform di Indonesia.

Apabila dibanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional, pertumbuhan sektor ekonomi kreatif juga terbilang signifikan, yakni 5,6 persen pada semester pertama 2018. Angka tersebut lebih besar dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode yang sama mencapai 5, 17 persen.

Triawan menambahkan, dari segi tenaga kerja, sektor ekonomi kreatif juga mengalami pertumbuhan. Pada 2015, ketika Bekraf baru memulai tugasnya, tenaga kerja baru 15,9 juta. Pada 2017, sebanyak 17,4 juta orang terserap di lapangan kerja sektor ini. "Pada tahun ini, mencapai 18 juta orang," ucapnya.

Apabila dilihat tren, pertumbuhan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif memang mengalami perlambatan. Dari 2015 ke 2016, pertumbuhannya 5,95 persen dan menjadi 3,23 persen untuk tahun berikutnya. Sementara itu, dalam periode 2017 ke 2018, pertumbuhannya 3,72 persen.

Tren penurunan angka pertumbuhan tenaga kerja kontras dengan pertumbuhan kontribusi ekonomi kreatif. Triawan menganalisa, produktivitas tenaga kerja mengalami peningkatan sehingga dapat menghasilkan lebih banyak nilai ekonomi. Asumsi lain, nilai tambah dari produk ekonomi kreatif meningkat dan semakin efisiennya ekosistem.

Sementara itu, untuk ekspor, pertumbuhan ekonomi kreatif turut memperlihatkan tren positif. Pada 2015, nilainya adalah 19,3 miliar dolar AS atau pertumbuhannya 12,88 persen dibanding dengan tahun lalu. Pada 2016, nilai ekspor mencapai 19,99 miliar dolar AS dan 21,5 miliar dolar AS pada tahun lalu.

"Diperkirakan, tahun ini kontribusi ekspor ekraf mencapai Rp 22,6 miliar," kata Triawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement