REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurs rupiah kembali ditutup melemah pada akhir perdagangan awal pekan ini, Senin, (15/10). Sebelumnya pada akhir pekan lalu, mata uang Garuda tersebut sempat ditutup menguat.
Dilansir Bloomberg, rupiah ditutup melemah 23 poin atau 0,15 persen di Rp 15.220 per dolar AS. Sebelumnya pagi tadi, rupiah juga dibuka melemah. Pelemahannya sebesar 0,22 persen atau 33 poin di Rp 15.230 per dolar AS.
Sekitar pukul 10.30 WIB, rupiah sempat menembus posisi Rp 15.250 per dolar AS. Dengan pelemahan sebanyak 53 poin.
Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah hari ini berada di posisi Rp 15.246 per dolar AS. Nilai itu melemah dibandingkan posisi pada Jumat lalu di Rp 15.194 per dolar AS.
Head of Equity Research Samuel Sekuritas Indonesia Andy Ferdinand menilai, pelemahan rupiah terus berlanjut. Pasalnya, tren kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) telah mendorong kenaikan yield US Treasury 10 tahun hingga sempat mencapai 3,2 persen.
"Dolar AS indeks cenderung menguat di bulan ini. Sementara, ketidakpastian perang dagang dan potensi krisis di sejumlah negara berkembang seperti yang dialami Turki dan Argentina masih menjadi kekhawatiran investor," katanya melalui laporan analisis harian, Senin, (15/10).
Maka negara berkembang dengan dengan defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) seperti Indonesia, kata dia, terus mengalami depresiasi mata uang. "Rupiah telah melemah 2,2 persen MTD (Month to Date) atau 12,3 persen YTD (Year to Date). Hal ini dapat berdampak pada profitabilitas sejumlah besar emiten," jelas Andy.
Ia menambahkan, hasil analisa sensitivitas Samuel Sekuritas memperkirakan, EPS Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat turun 0,8 persen untuk setiap satu persen depresiasi rupiah. Perlu diketahui, sore ini, IHSG juga ditutup melemah 0,51 persen atau 29,23 poin di 5.727,26.
Bersambung ke halaman berikutnya..