REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (15/10) pagi melemah sebesar 34 poin. Rupiah melemah ke level Rp 15.224 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 15.195 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa pergerakan dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang dunia seiring masih terbukanya potensi bagi The Fed untuk menaikan suku bunganya. "Beberapa kalangan analis menilai the Fed masih terbuka untuk kenaikan suku bunga pada akhir tahun," katanya di Jakarta, Senin (15/10).
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas di tengah penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat. "Situasi itu diharapkan dapat mengurangi tekanan pada rupiah dan terbuka peluang untuk berbalik naik," katanya.
Selain itu, lanjut dia, sejumlah sentimen positif terutama dari penilaian lembaga asing dan sejumlah negara terhadap kemampuan Indonesia menghadapi krisis perang dagang juga diharapkan dapat memperkuat laju fluktuasi rupiah.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan rupiah diperkirakan dapat menguat pada hari ini (15/10) njelang rilis data neraca perdagangan bulan September. "Defisit neraca perdagangan diperkirakan menurun dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 500 juta dolar AS atau kemungkinan dapat mencatatkan surplus," katanya.