Rabu 10 Oct 2018 21:08 WIB

Premium Batal Naik, Ekonom LPEM UI: Sayang Sekali

Kenaikan BBM dinilai akan membantu meredam tekanan CAD.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas mengisi premium ke dalam sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (10/10). Pemerintah memutuskan untuk menunda rencana kenaikan BBM jenis premium sembari menunggu kesiapan dari Pertamina untuk menjalankan kebijakan tersebut.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Petugas mengisi premium ke dalam sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (10/10). Pemerintah memutuskan untuk menunda rencana kenaikan BBM jenis premium sembari menunggu kesiapan dari Pertamina untuk menjalankan kebijakan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Ignasius Jonan sore tadi mengumumkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yakni premium dinaikkan dari Rp 6.550 per liter menjadi Rp 7.000 per liter.  Hanya saja, tidak lama kemudian, kebijakan itu dibatalkan oleh Jonan atas arahan Presiden Joko Widodo. 

Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Febrio Kacaribu penaikkan harga BBM terutama yang bersubsidi akan membantu meredam tekanan terhadap Current Account Deficit (CAD) agar menurun hingga di bawah tiga persen.

Hal ini menurutnya pun dapat meringankan beban Pertamina yang sudah menanggung sebagian beban subsidi tersebut.  "Maka sayang sekali kalau (kenaikan premium) dibatalkan," kata Febrio kepada Republika.co.id Rabu, (10/10). Apalagi, pasar pun telah merespon pengumuman kenaikan itu secara positif.

Baca juga, Kronologi Batalnya Kenaikan BBM.

Ia menambahkan, bila CAD tertolong, kurs rupiah juga bakal tertolong. Menurutnya, pelemahan kurs rupiah relatif lebih dalam dibandingkan beberapa negara berkembang. Hal itu salah satunya disebabkan oleh melebarnya CAD.

"Jadi dengan adanya tren pengurangan konsumsi BBM, CAD akan tertolong. Hal itu karena, impor minyak turun pula karena kenaikan harga minyak mentah langsung diteruskan ke harga BBM," jelasnya.

Lebih lanjut, kata dia, bila harga BBM naik masyarakat akan mengurangi konsumsi BBM. Dengan begitu, defisit minyak dan BBM di CAD turut berkurang. (Iit Septyaningsih)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement