Rabu 10 Oct 2018 16:33 WIB

Waspadai Sentimen Global, OJK Perkuat Kerja sama

OJK mengeluarkan berbagai insentif untuk menggairahkan pasar keuangan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Dirut Bank Mandiri Kartiko Witjoatmodjo (dari kiri) saat konferensi pers usai Pembukaan Indonesia Invesment Forum 2018 di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10).
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Dirut Bank Mandiri Kartiko Witjoatmodjo (dari kiri) saat konferensi pers usai Pembukaan Indonesia Invesment Forum 2018 di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menyiapkan berbagai kebijakan yang diperlukan dalam menghadapi tekanan ekonomi global.

“Tentu saja kita tidak tinggal diam dengan situasi ini. Pemerintah, BI dan OJK telah menerbitkan bauran kebijakan jangka pendek dan menengah serta terus memantau perkembangan ekonomi yang terjadi,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam materi diskusinya di Seminar Navigating Indonesia’s Economy in The Global Uncertainties di Bali, Rabu (10/10).

Wimboh menjelaskan, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurangi impor seperti dengan menerapkan biodiesel B20, peningkatan PPh impor, kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri TKDN, dan ekspansi KUR ke sektor pariwisata. Sementara Bank Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan seperti meningkatkan suku bunga acuan BI menjadi 5,75 persen, serta menyediakan FX swap dengan rate yang kompetitif, dan domestik NDF Non-deliverable forwards (NDF).

Sedangkan OJK mengeluarkan berbagai insentif kepada perbankan untuk pembiayaan kepada industri berorientasi ekspor dan industri barang substitusi impor, serta industri pariwisata. Termasuk, di dalamnya revitalisasi LPEI, dan fasilitas pembiayaan pasar modal untuk 10 tempat wisata baru.

Wimboh mengatakan sektor jasa keuangan juga perlu bersiap diri menghadapi tekanan ekonomi global. Pasalnya, meningkatnya suku bunga global berpotensi diikuti oleh kenaikan suku bunga domestik.

"Bank dan perusahaan pembiayaan perlu mengerahkan usaha ekstra untuk melakukan efisiensi. Sampai taraf tertentu hal ini akan mengurangi dampak kenaikan suku bunga pinjaman yang sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

OJK juga akan mempromosikan pendalaman pasar keuangan dengan meningkatkan sisi suplai dari sisi permintaan, serta infrastruktur yang mendukung. "Melalui kerja sama yang baik dengan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, kami telah menetapkan strategi nasional pendalaman pasar keuangan. Dengan ini saya berharap pasar keuangan kita akan tumbuh kuat dan mengurangi ketergantungan aliran modal asing," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement