Selasa 09 Oct 2018 12:39 WIB

Optimisme Sri Mulyani Saat IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan

IMF mengoreksi proyeksi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 menjadi 5,1 persen.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Keuangan Sri Mulyani mencoba podium kepala negara saat inspeksi kesiapan pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Ahad (7/10).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Menteri Keuangan Sri Mulyani mencoba podium kepala negara saat inspeksi kesiapan pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Ahad (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan tanggapannya dengan nada optimistis mengenai 'nasib' pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018. Ia menanggapi langkah Dana Moneter Internasional (IMF) yang mengoreksi proyeksi angka pertumbuhan ekonomi untuk Indonesia menjadi 5,1 persen pada 2018 ini.

Angka ini lebih rendah dibanding proyeksi mereka sebelumnya, yakni 5,3 persen, tahun ini. Sri menyampaikan bahwa IMF tentunya memiliki alasan dalam mengurangi angka proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun ini, baik dari sisi demand side atau supply side.

Baca Juga

Namun, ia mencoba mengingatkan bahwa lingkungan ekonomi domestik mau tak mau terdampak oleh iklim ekonomi global yang dinamis. Termasuk, lanjutnya, kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS yang berujung pada pelemahan rupiah.

"Dia sebabkan beberapa aspek dari agregat demand kita terpengaruh," ujar Sri menjelaskan seusai mengisi acara di salah satu sesi Pertemuan Tahunan IMF-WB di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10).

Namun, Sri menilai, pemerintah sudah memiliki langkah antisipasi dalam menghadapi risiko global. Termasuk, menjalankan policy mix antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan.

Ia yakin, respons Bank Indonesia terhadap kenaikan suku bunga AS akan mampu menjaga tingkat ketertarikan pasar untuk tetap berinvestasi di Indonesia. "Termasuk juga exchange rate, kami harap juga impor turun, ekspor baik. Kalau respons (pasar) lebih cepat harusnya bisa canceling," papar Sri.

Meski begitu, Sri tetap memilih menunggu respons industri dalam negeri terhadap gejolak ekonomi global. Sebelumnya, IMF juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun ini stagnan di level 3,7 persen.

Lembaga ekonomi terbesar di dunia ini juga merevisi proyeksi ekonomi global 2019 dari 3,9 persen menjadi 3,7 persen. Selain itu, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS) dan Cina, ikut terkoreksi ke bawah.

IMF memperkirakan, ekonomi AS hanya bertumbuh 2,9 persen (2018) dan 2,5 persen (2019), sementara Cina 6,6 persen (2018) dan 6,2 persen (2019). AS yang mendukung paket fiskal kenaikan suku bunga sempat mengalami penguatan ekonomi tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement