REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Finlandia terus menjajaki peluang kerja sama baru di bidang ekonomi, terutama dalam upaya peningkatan investasi guna memperdalam struktur industri manufaktur nasional. Beberapa sektor yang berpotensi untuk dikembangkan oleh kedua negara antara lain industri pulp dan kertas serta pembangunan pusat inovasi dan teknologi.
Peluang ini disampaikan dalam pertemuan antara Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pembangunan Finlandia, Anne-Mari Virolainen di Jakarta, Senin (8/10) petang. "Area yang berpeluang untuk kerja sama kedua negara di sektor industri, meliputi industri berbasis agro khususnya pulp dan kertas serta mendorong pembangunan science and technology park," kata Airlangga dalam rilis yang diterima Republika, Selasa (9/10).
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada tahun 2018, investor Finlandia menanamkan modalnya di sektor industri kertas, barang dari kertas dan percetakan untuk dua proyek senilai 1,75 juta dolar AS. Realisasi investasi ini dinilai memberikan sumbangsih besar bagi perekonomian nasional melalui peningkatan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.
Airlangga menjelaskan, investasi Finlandia disambut baik. Sebab, industri pulp dan kertas merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan pengembangannya sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional.
"Hal ini sangatlah tepat karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif terutama terkait bahan baku, di mana produktivitas tanaman kita jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara pesaing yang beriklim subtropis," tuturnya.
Pengembangan pulp dan kertas Indonesia memiliki potensi besar di pasar internasional. Pasalnya, belakangan ini, negara-negara Amerika Utara dan Scandinavia (NORSCAN) yang menjadi pemasok utama pulp dan kertas di dunia, menunjukkan kecenderungan produksi yang semakin menurun. Saat ini, produksi telah bergeser ke Asia Tenggara terutama Indonesia serta negara-negara Amerika Latin seperti Chili, Brasil, dan Uruguay.
Kemenperin memperlihatkan, daya saing industri pulp dan kertas Indonesia di kancah internasional terbilang baik. Sementara industri pulp Indonesia menempati peringkat ke-10 dunia, industri kertas menempati peringkat keenam dunia. Adapun di Asia, Industri pulp Indonesia peringkat ketiga dan dan industri kertas Indonesia peringkat keempat setelah Cina, Jepang dan India.
Berdasarkan kinerja ekspornya, industri kertas berhasil menduduki peringkat pertama dan industri pulp peringkat ketiga untuk ekspor produk kehutanan selama tahun 2011-2017.
Kedua industri tersebut memberikan kontribusi terhadap devisa negara sebesar 5,8 miliar dolar AS pada 2017. Total itu berasal dari ekspor pulp sebesar 2,2 miliar dolar AS ke beberapa negara tujuan utama yaitu Cina, Korea, India, Bangladesh dan Jepang serta ekspor kertas sebesar 3,6 miliar dolar AS ke negara Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, Vietnam dan Cina.
Selama ini, dalam upaya memperkuat kolaborasi kedua negara, Indonesia dan Finlandia juga secara rutin melaksanakan Forum Konsultasi Bilateral (FKB), Working Group on Forestry and Forest Industries, serta kerja sama dalam kerangka Energy and Environment Partnership (EEP).
Finlandia juga dikenal sebagai negara yang menguasai teknologi permesinan, kelistrikan, industri logam, transportasi, kayu dan kertas serta kimia. "Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya langkah sinergi kedua belah pihak untuk melakukan transfer teknologi tersebut, termasuk dalam upaya menghadapi revolusi industri keempat," ujar Airlangga.
Sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0, Kemenperin tengah mendorong industri di dalam negeri untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan agar menciptakan inovasi. Mengenai hal tersebut, kedua negara sepakat akan mengembangkan teknologi energi terbarukan serta pendidikan di bidang vokasi.
Selama ini, Finlandia menjadi pemasok Indonesia untuk barang modal seperti mesin elektronika serta audio dan perlengkapan TV. Sedangkan, ekspor komoditas Indonesia ke Finlandia antara lain alas kaki, komponen mesin, dan produk keramik.