Senin 08 Oct 2018 18:49 WIB

Paviliun Indonesia di Bali Buka Peluang Investasi Pariwisata

Peluang investasi pariwisata lewat Paviliun Indonesia mencapai 3,1 miliar dolar AS.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nur Aini
Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia (World Bank) 2018 menjadi ajang mempromosikan Indonesia secara keseluruhan. Sejumlah kegiatan yang menyelaraskan aspek budaya dan dinamika pembangunan disajikan di Paviliun Indonesia, area Hotel Westin
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia (World Bank) 2018 menjadi ajang mempromosikan Indonesia secara keseluruhan. Sejumlah kegiatan yang menyelaraskan aspek budaya dan dinamika pembangunan disajikan di Paviliun Indonesia, area Hotel Westin

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memaparkan berbagai peluang investasi di Paviliun Indonesia. Itu adalah area khusus di lokasi utama Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia (World Bank) 2018 Bali, di mana peserta dan delegasi disajikan pameran seni dan kerajinan, pameran wisata, dan ekspo infrastruktur Tanah Air.

Pemerintah mendata total nilai proyek sektor hotel dan pariwisata di Indonesia mencapai 3,1 miliar dolar AS atau setara Rp 54,8 triliun (kurs yang berlaku Rp 15.228 per dolar). Proyek tersebut berpeluang ditawarkan ke investor swasta dan luar negeri di sela ajang tahunan dua lembaga ekonomi besar dunia tersebut.

photo
Pengunjung mengamati sejumlah foto tentang Indonesia di Paviliun Indonesia pada ajang Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 di Nusa Dua Bali, Senin (8/10).

Staf Khusus III Menteri BUMN, Wianda Pusponegoro mengatakan pemerintah saat ini sedang mengembangkan 10 Bali Baru, yaitu Danau Toba, Tanjung Kelayang Belitung, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Bromo Tengger Semeru, Kawasan Candi Borobudur, Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Taman Nasional Wakatobi, Morotai, dan Kepulauan Seribu DKI Jakarta. BUMN salah satunya mengembangkan KEK Mandalika lewat PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC.

"Mandalika ini dibangun dengan mengedepankan kearifan lokal dan menjaga ekosistem alam yang ada. Pengembangannya sampai saat ini masih berjalan," kata Wianda, Senin (8/10).

Tahun ini pembangunan Mandalika masih berfokus pada infrastruktur dasar, seperti pipa air bersih dan instalasi listrik. Proyek eksisting yang telah selesai adalah Novotel, menyusul Hotel Pullman, Hotel Royal Tulip, dan Paramount Lombok Resort & Residence.

Direktur Utama ITDC, Abdulbar M Mansoer menambahkan pihaknya telah menandatangani Master Land Utilization and Development Agreement (LUDA Induk) dengan Vinci Construction Grands Projets (VCGP) Agustus lalu. Ini terkait pemanfaatan dan pembangunan lahan seluas 120 hektare (ha) di Mandalika. "Komitmen investasi Vinci merupakan yang terbesar di Mandalika saat ini," katanya.

Rencananya perusahaan konstruksi dan infrastruktur global asal Prancis tersebut akan membangun distrik hiburan dan olah raga terpadu di Mandalika. Selain sirkuit balap sepeda motor berstandar Federasi Sepeda Motor Internasional (FIM), investasi anak perusahaan Vinci SA ini mencakup 10 hotel berkapasitas rata-rata 2.500 kamar per room keys, gedung konvensi dan eksibisi, rumah sakit, hingga taman air (water park) berstandar dunia. "Kami optimistis proyek di Mandalika membawa multiplier effect sangat besar dalam mendorong perekonomian dan mencapai target kunjungan wisatawan nasional," ujar Abdulbar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement