REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia mendukung Indonesia untuk meningkatkan ekspor. Cara itu dinilai bisa mengendalikan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang tengah terjadi di Tanah Air.
"Jadi bagaimana agar sektor ekspor lebih diminati," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sander, di Jakarta, Kamis (4/10).
CAD Indonesia pada kuartal II tahun ini mencapai tiga persen. Hal itu di antaranya karena peningkatan impor yang signifikan.
Lebih lanjut, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia seharusnya tetap stabil. Hal itu didorong oleh naiknya investasi dan konsumsi swasta.
Bank Dunia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 dan 2019 sebesar 5,2 persen. Lalu pada 2020, diperkirakan naik menjadi 5,3 persen.
Pada kesempatan serupa, Frederico pun mengatakan, pelemahan kurs rupiah yang tengah terjadi sesuai dengan pergerakan pasar. Menurutnya, depresiasi rupiah kali ini dapat dimanfaatkan untuk menaikkan ekspor Indonesia.
"Dengan begitu CAD bisa disesuaikan," ujar Frederico. Ia menegaskan, pelemahan mata uang Garuda tersebut berbeda dengan 1997.
Sebagai informasi, kini kurs rupiah telah berada di level Rp 15.100 per dolar AS. Dilansir Bloomberg, sore ini kurs rupiah ditutup di zona merah dengan penurunan sebesar 104 poin ke level Rp 15.179 per dolar AS.