Kamis 04 Oct 2018 09:30 WIB

Jaga Stabilitas Ekonomi, BI Lakukan Tiga Langkah Koordinasi

Pelemahan nilai tukar rupiah lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara lain.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (27/9).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta, Kamis (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) terus memperkuat koordinasi antar otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal. Terdapat tiga langkah koordinasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan otoritas terkait.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, tiga langkah koordinasi yang dilakukan yaitu pertama, koordinasi dalam stabilisasi nilai tukar untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik, khususnya obligasi pemerintah serta mempersiapkan mekanisme rekening simpanan khusus untuk menampung Devisa Hasil Ekspor (DHE). Kedua, koordinasi dalam penurunan transaksi berjalan, melalui implementasi B20 mulai 1 September 2018 untuk menurunkan impor minyak dan mendorong ekspor kelapa sawit, sinergi dalam akselerasi penerimaaan devisa dari destinasi pengembangan pariwisata prioritas, serta mendorong ekspor dan mengurangi impor melalui kebijakan fiskal, perdagangan, industri, dan penerapan komponen dalam negeri. 

"Ketiga, koordinasi dalam akselerasi pendalaman pasar keuangan untuk pembiayaan ekonomi termasuk infrastruktur melalui pembiayaan infrastruktur serta pembiayaan korporasi," ujar Perry, kemarin.

BI juga melakukan bauran kebijakan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Salah satu upayanya adalah menaikkan suku bunga kebijakan bunga kebijakan moneter BI7 Day Reverse Repo Rate sebesar 150 bps menjadi 5,75 persen selama tahun 2018.

BI juga melakukan intervensi ganda di pasar valas dan pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder untuk stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya serta menjaga berkerjanya mekanisme pasar. Tak hanya itu, BI menyediakan swap valas dan swap hedging dengan biaya yang relatif murah, serta akselerasi pendalaman pasar keuangan seperti INDONIA sebegai referensi suku bunga pasar uang, serta memberlakukan transaksi Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).

Perry mengatakan apa yang terjadi dengan nilai tukar rupiah dan juga kondisi di Indonesia itu harus dilihat secara relatif. "Dalam hal ini, apabila kita bicara nilai tukar jangan dilihat pada levelnya, tapi perlu dilihat tingkat depresiasinya dibanding dengan negara lain," kata Perry.

Per 2 Oktober 2018, secara year to date depresiasi rupiah sebesar 9,82 persen. Depresiasi ini lebih rendah dibandingkan depresiasi beberapa negara, termasuk India (12,40 persen), Afrika Selatan (13,83 persen), Brazil (17,59 persen) dan Turki (37,26 persen).

Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan perekonomian seperti defisit transaksi berjalan, nilai tukar, stabilitas sistem keuangan, dan inflasi. Hal ini bertujuan untuk menempuh langkah lanjutan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement