Selasa 02 Oct 2018 16:19 WIB

Semen Indonesia Harap Insentif Pengiriman Barang dengan KA

Insentif bisa dalam bentuk PPN.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Dwi Murdaningsih
Distribusi semen padang.
Foto: semen padang
Distribusi semen padang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat ini PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) mendorong transportasi barang beralih menggunakan kereta api. Sebagai pelaku, PT Semen Indonesia (Persero) mengharapkan adanya insentif jika pengiriman barang menggunakan taransportasi kereta api.

Dirketur Marketing dan Supply Chain Semen Indonesia Adi Munandir mengatakan pengiriman barang menggunakan kereta api memang masih harus menghadapi beerapa tantangan. “Saat kita menggunakan moda transportasi KA masih berupa skema intermoda karena masih ada juga penggunaan truknya,” kata Adi di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (2/10).

Padahal, Adi menilai pada dasarnya Semen Indonesia mengharapkan penggunaan moda transportasi kereta api dilakukan secara keseluruhan sehingga bisa dihitung total pengeluarannya. Dengan adanya insentif, kata dia, paling tidak dapat menciptakan biaya atau ongkos pengiriman barang lebih kompetitif dibandingkan moda tranportasi lain.

Salah satunya, lanjut Adi, terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai insentifnya. “Kita menunggu solusi dari pemerintah dan KAI untuk bisa ada pengalihan banyak beban atau muatan ke kereta api. Jadi intinya kalau dari KA harus dilihat total cost secara keseluruhan bahwa ini ada yang perlu ditingkatkan lagi,” kata Adi.

Terlebih, menurt Adi selama ini pengiriman barang menggunakan kereta api masih dilakukan dari stasiun keberangkatan menuju stasiun kedatangan saja. Hanya saja di sisi lain, dalam pengiriman barang menurutnya akan lebih efisien dari point ke point.

Untuk itu, Adi mengharapkan jika ingin ada pengalihan pengiriman barang menggunakan kereta api sistem point ke point dapat diterapkan. “Jadi kalau bisa dilihat rantainya kalau bisa tidak berhenti di stasiun saja tapi juga ke ujung juga,” ujar Adi.

Dia menambahkan yang lebih penting dalam logistik yaitu efisiensi yang akan berujung pada okupansi. Jika ingin mendapatkan tingkat pemanfaatan lebih banyak, menurut Adi insentif awal sangat diperlukan sebagai stimulus.

“Jadi paling tidak pemerintah juga berharap ada volume yang beralih. Kalau sudah begitu okupansi meningkat maka efisiensi akan timbul dalam skala ekonomi yang tinggi,” ujar Adi.

Saat ini, KAI tengah mempertimbangkan bagaimana tarif angkutan barang agar lebih kompetitif. Terlebih saat ini pemerintah sudah menerapkan aturan pembatasan muatan over dimension and over loading (ODOL) sejak 1 Agustus 2018.

Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengatakan untuk mendukung aturan tersebut maka angkutan barang dengan menggunakan kereta api juga bisa menjadi solusi. Hanya saja, Edi mengakui persoalan tarif masih menjadi pertimbangan agar ongkos logistik para pemilik barang tidak membengkak.

Edi mengatakan pada dasarnya KAI menginginkan jangan sampai pemilik barang merasa berpindah ke kereta api namun biaya logistik semakin bertambah. Hal itu justru menurutnya menjadi beban biaya yang lebih berat bagi para pemilik barang. 

Untuk itu, Edi memastikan saat ini masih didiskusikan bagaimana mencari solusi agar tarif pengiriman baramg menggunakan kereta api bisa lebih murah atau bersaing. "Kalau dia (angkutan barang) pindah ke KAI paling tidak harusnya sama dengan kalau diangkut lewat jalan raya," kata Edi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement