Selasa 02 Oct 2018 11:21 WIB

Rupiah Semakin Dekati Rp 15 Ribu per Dolar AS

Laju rupiah masih dipengaruhi sentimen negatif baik dari dalam maupun luar negeri.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Rupiah Melemah
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Rupiah Melemah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju kurs rupiah semakin mendekati level Rp 15 ribu per dolar AS. Dilansir Bloomberg pada Selasa, (2/10), mata uang Garuda itu melemah 34 poin atau 0,23 persen di Rp 14.945 per dolar AS. 

Sekitar pukul 10.00 WIB, pelemahan kurs semakin mendalam. Nilai tukar rupiah terpantau turun 87 poin atau 0,58 persen ke Rp 14.998 per dolar AS. 

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, rupiah bertengger di posisi Rp 14.988 per dolar AS. Angka itu melemah dibandingkan posisi kemarin di Rp 14.905 per dolar AS. 

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada menilai, pergerakan rupiah berbeda dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pasalnya, indeks saham belum merespons adanya sejumlah sentimen positif dari dalam negeri sedangkan rupiah mampu menyerap sejumlah sentimen positif dari dalam negeri. 

Diharapkan, pergerakan positif rupiah dapat kembali berlanjut. "Pergerakan Rupiah pun diharapkan juga dapat memanfaatkan penguatan mata uang CAD terhadap dolar AS setelah terjadinya kesepakatan antara Kanada dan AS sehingga kesepakatan NAFTA pun dapat terjaga," katanya di Jakarta, Selasa, (2/10).

Hanya saja, Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai laju rupiah masih dipengaruhi sentimen negatif baik dari luar maupun dalam negeri. Dari dalam negeri, di antaranya pengumuman terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke III 2018 oleh BPS yang diprediksi akan berada dikisaran 5,1 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya. 

"Bank Indonesia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini berada dibawah 5,2 persen. Kekhawatiran ini berdasarkan pada stagnannya konsumsi, menurunnya kinerja investasi dan net ekspor," kata Bhima. 

Yield SBN 10 tahun, kata dia, perlahan menurun ke 8,3 persen setelah beberapa pekan sebelumnya mencapai 8,7 persen. Penurunan yield jadi pertanda tingkat resiko mulai mereda. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement