REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjadi pembicara kunci di Kongres ASEAN Valuers Association (AVA) ke-21 di DIY. Dalam paparannya, Sri Mulyani tampak berapi-api saat membicarakan perang dagang (trade war) antara Amerika Serikat (AS)-Cina. Perang dagang yang berlangsung antara dua raksasa ekonomi dunia ini, menurut Menkeu, berdampak pada perekonomian global.
"Langkah trade war AS dan Cina tentu berimbas pada perekonomian ASEAN," kata Sri di Tentrem Hotel, Yogyakarta, Selasa (25/9).
Padahal, ia merasa beberapa dekade terakhir ada energi positif yang berdengung, utamanya soal perlindungan. Selain itu, negara-negara ASEAN optimistis mengayuh kendaraan ekonomi bersama-sama, tidak lagi sendiri-sendiri.
Walau memasang wajah yang cukup datar, nuansa kemarahan tampak jelas mulai tersirat dari paparan Sri Mulyani. Sorot mata yang tajam disertai penekanan terhadap poin-poin tertentu semakin menggambarkan emosi Sri Mulyani.
Menurut Sri, trade war turut mengancam eksistensi energi positif yang selama ini semakin baik dari negara-negara dunia, utamanya ASEAN. Trade war yang digaungkan AS dan Cina dianggap tidak menghormati aturan main perekonomian dunia.
Kebijakan tarif AS ala Donald Trump yang menjadi pemicu trade war, sekaligus mengubah fundamental kebijakan AS yang diklaim sebagai normalisasi. Situasi itu, kata Menkeu Sri, malah telah memicu krisis di negara-negara berkembang.
"Dan, kejutan kepada kondisi ekonomi itu diperkirakan akan bertahan sampai tahun depan, AS akan terus meningkatkan tarif impor dari Cina," ujarnya.
Apalagi, ada begitu banyak komoditas impor AS yang berasal dari Cina. Yang membuatnya semakin heran, trade war tidak cuma diterapkan AS kepada Cina, tapi kepada Kanada, Eropa, bahkan Jepang.
Lebih jauh Menkeu Sri menekankan, kebijakan demi kebijakan terkait trade war yang diterapkan AS tidak membuat dunia lebih baik, tetapi lebih miskin. Padahal, kata dia, perdagangan sendiri sudah seharusnya menjadi kebijakan yang win win solution.
Untuk itu, kepada negara-negara ASEAN, Sri mengingatkan agar siap mengantisipasi dinamika ekonomi yang belakangan terjadi di dunia. Salah satunya, dengan memastikan kolaborasi yang ada agar semakin diperkuat.
Sri meyakini, ASEAN memiliki keunikan. Ia berpendapat, bisa jadi ASEAN merupakan satu-satunya kawasan di dunia yang kolaborasinya terjaga sampai saat ini.
"Itu merupakan pencapaian yang baik bagi kita semua," kata Sri.
Karenanya, ia mengingatkan, masing-masing negara ASEAN memiliki tugas yang sama untuk senantiasa menjaga kolaborasi yang ada. Menurut Sri, itu jadi tantangan para pemangku kebijakan yang ada di ASEAN.