Senin 24 Sep 2018 23:00 WIB

Kadin Angkat Isu Kualitas SDM dalam Perayaan HUT Ke-50

Daya saing SDM Indnesia masih berada di peringkat 90 di kawasan Asia Pasifik

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Umum Kamar Dagang Indoensia (KADIN) Rosan P.Roeslni memberikan sambutan dalam seminar nasional di Jakarta, Jumat (14/9).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Kamar Dagang Indoensia (KADIN) Rosan P.Roeslni memberikan sambutan dalam seminar nasional di Jakarta, Jumat (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menciptakan iklim usaha yang baik. Hal ini disampaikannya dalam malam perayaan ulang tahun Kadin ke-50 di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin (24/9). 

Rosan menjelaskan, dilihat dari histori ribuan tahun lalu, manusia Indonesia sudah bisa berlayar sampai ke Madagascar. Mahakarya luar biasa bernama Borobudur bisa dibangun dan bertahan sampai saat ini, dikenal sebagai candi terbesar di dunia. Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pendidikan di Asia kala itu. 

Berkaca dari pencapaian Indonesia pada masa lampau, Rosan menambahkan, masyarakat kita memiliki peradaban daya pikir, strategi dan imajinasi tinggi yang dapat ditularkan dalam implementasi. "Tapi, kembali ke sekarang, di mana kita dari segi SDM?" ujarnya saat memberikan sambutan. 

Berdasarkan data yang dimilikinya, Rodan menjelaskan, 50 persen dari tenaga kerja di Indonesia memiliki tingkat pendidikan sampai SD. Hanya 12 sampai 13 persen mengecap pendidikan diploma dan universitas. Dari segi daya saing SDM, Indonesia berada di peringkat ke-90 di antara negara di kawasan Asia Pasifik. 

Rosan menilai, hal itu memperlihatkan adanya kemunduran intelektual bangsa. Sangat sulit kembali ke masa kejayaan Sriwijaya dan Majapahit. Apabila dibiarkan, Indonesia bisa semakin tertinggal dengan negara lain.

Salah satu solusi yang disampaikan Rosan adalah revolusi mental. Konsep pembangunan SDM yang sudah dilakukan Presiden Joko Widodo ini tepat mengatasi permasalahan kemunduran intelektual. "Asian Games adalah contoh yang sukses. Ketika semua sempat meragukan Indonesia, kita bisa diakui sekarang bahwa sudah berhasil jadi tuan rumah," ujar Rosan. 

Solusi lain adalah melalui program vokasi. Pelatihan dalam pendidikan vokasi kini bergerak masif dan dijalankan pemerintah secara gencar termasuk Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Bahkan, dana Rp 480 triliun telah disiapkan dalam APBN untuk aplikasi vokasi ini. 

Rosan menambahkan, Indonesia memang sudah besar dari segi ekonomi, populasi dan wilayah. Tapi, Indonesia belum menjadi negara besar dari SDM. "Dibutuhkan rencana strategis yang tepat, cepat, komprehensif dan terstruktur agar revolusi mental bisa kembalikan kejayaan kita," katanya. 

Dalam acara perayaan ulang tahunnya, Kadin Indonesia mengundang Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Kerja, Duta Besar, Asosiasi-asosiasi dan Kadin Daerah seluruh Indonesia.

Rangkaian puncak acara perayaan HUT Kadin Indonesia akan menampilkan 50 tahun perjalanan emas Kadin melalui pementasan drama musikal Kinarya GSP – Guruh Soekarno Putra. Selain itu, turut memeriahkan adalah artis-artis seperti Bunga Citra Lestari, Andi RIF dan Ruth Sahanaya.

Ketua Panitia Penyelenggara HUT Kadin ke-50 Bobby Gafur Umar menjelaskan, perayaan ulang tahun Kadin kali ini dirayakan berbeda. Meski memasuki usia emas, pelaksanaan sengaja dibuat lebih hemat tetapi tetap meriah.

Menurut Bobby, penghematan dilakukan dengan alasan agar  dananya bisa dialokasikan ke beberapa program konkrit yang akan diluncurkan Kadin untuk bersama-sama masyarakat mengatasi masalah dan tantangan pembangunan.

Bobby menyebutkan, dana dialokasikan termasuk untuk pendidikan vokasi, penciptaan tenaga kerja terampil siap pakai dan beasiswa untuk mahasiswa berprestasi. "Pembukaan program magang bagi pelajar berprestasi, dan kampanye meningkatkan minat baca masyarakat juga menjadi bagian dari alokasi," tuturnya. 

Dalam acara ini, Kadin Indonesia turut memberikan penghargaan kepada Presiden Jokowi sebagai tokoh pemerataan pembangunan. Menurut Bobby, Presiden Jokowi telah membuktikan bahwa pembangunan tidak semata ditujukan di Jawa. Pemerataan dibutuhkan guna mendukung perekonomian Indonesia yang lebih baik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement