Jumat 21 Sep 2018 19:00 WIB

Masyarakat Diimbau Hati-Hati Fintech Bodong

Amartha terus melakukn edukasi literasi keuangan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Fintech ( Financial Technology)
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Fintech ( Financial Technology)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan financial technology (fintech) Amartha bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkolaborasi memberikan edukasi ke masyarakat di berbagai pelosok daerah di Indonesia. Tujuannya untuk menyosialisasikan layanan fintech terutama peer to peer (p2p) lending agar semakin dikenal.

Vice President of Marketing Amartha Fadilla Tourizqua Zain menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam menyikapi berbagai investasi bodong. Dengan begitu, masyarakat diharapkan lebih mampu menyeleksi provider fintech.

"Diharapkan masyarakat lebih pintar menyeleksi dalam berinvestasi. Pilih investasi yang sudah terdaftar dan diawasi pemerintah, agar terhindar dari kerugian tidak diinginkan," ujar wanita yang akrab disapa Ika itu saat dihubungi Republika.co.id, Jumat, (21/9).

Ika menjelaskan, Amartha telah terdaftar dan diawasi OJK sebagai Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dengan nomor registrasi S-2491/NB.111/2017. Didirikan pada 2010, perusahaan berperan dalam menghubungkan pendana dengan peminjam yang merupakan pengusaha mikro perempuan di desa.

“Amartha membuka akses untuk pengusaha mikro agar mendapatkan pendanaan adil dan ringan, serta pendana urban untuk menambah aset investasi mereka sambil memberi dampak sosial. Saat ini Amartha telah menjangkau wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta,” kata Ika.

Amartha, kata dia, berkomitmen mengurangi angka kemiskinan melalui akses pembiayaan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam periode penelitian antara 2015-2017, pendapatan rata-rata mitra usaha Amartha meningkat dari Rp 2,53 juta menjadi Rp 3,47 juta.

"Menggunakan standar kelayakan hidup sebesar 1,90 dolar AS per orang per hari. Maka jumlah mitra yang keluar dari garis batas kemiskinan adalah sebanyak 41 persen dalam waktu dua tahun dibandingkan dengan sebelum bermitra dengan Amartha," katanya.

Ika menuturkan 100 persen mitra usaha Amartha adalah perempuan. Sebab, Amartha memahami pembangunan yang berkelanjutan harus memperhatikan kesetaraan gender.

Perseroan pun melakukan pelatihan literasi keuangan dan memberdayakan mereka secara ekonomi untuk mempersiapkan keluarga yang lebih sejahtera. "Saat ini, kami telah menyalurkan Rp 540 miliar pembiayaan kepada 131 ribu pengusaha mikro yang telah diberdayakan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement