Kamis 20 Sep 2018 18:54 WIB

Beras Impor Mengendap, Bulog Sumbar Sewa Gudang Swasta

Ratusan juta dikeluarkan tiap bulan untuk sewa gudang.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Bulog Divre Sumbar terpaksa menyewa gudang milik swasta untuk menampung 7.500 ton beras impor asal Vietnam. Bila impor tetap dilanjutkan, maka Bulog harus menyewa gudang lain dengan biaya ratusan juta perbulan.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Bulog Divre Sumbar terpaksa menyewa gudang milik swasta untuk menampung 7.500 ton beras impor asal Vietnam. Bila impor tetap dilanjutkan, maka Bulog harus menyewa gudang lain dengan biaya ratusan juta perbulan.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Bulog Divre Sumatra Barat terpaksa menyewa gudang milik swasta untuk menampung 7.500 ton beras impor asal Vietnam. Alasannya, gudang-gudang utama milik Bulog sudah tak lagi menampung pasokan beras impor yang mengendap. Gudang yang berada dalam kawasan pergudangan Contindo di Bypass Kota Padang tersebut sudah disewa Bulog Sumbar sejak satu bulan terakhir. 

Kepala Bulog Divisi Regional Sumatra Barat, Suharto Djabar, menjelaskan dua gudang utama milik Bulog di Kota Padang sudah penuh. Gudang pertama terisi 8.000 ton beras, baik beras impor dan beras serapan lokal, dan gudang kedua terisi 7.000 ton beras. Kedua gudang ini juga tidak bisa menyalurkan kelebihan kapasitasnya karena gudang-gudang milik Bulog di daerah penuh. 

"Kenapa di sini full, karena kita mau lempar ke daerah nggak bisa. Sewa pun, anggarannya ikuti tarif sewa swasta. Hitungannya per bulan. Sampai habis barang kita disalurkan. Selagi belum habis, argo sewa jalan terus. Ini sudah jalan kurang lebih satu bulan," jelas Suharto, Kamis (20/9).

Suharto enggan menyebutkan secara rinci biaya sewa dua unit gudang swasta di Bypass. Namun, ia menaksir angkanya menyentuh ratusan juta per bulan. Biaya sewa ini tentu akan semakin membengkak bila impor beras jalan terus dan Sumbar kebagian 'jatah' untuk menyimpan beras impor. 

"Ratusan juta, itu baru berhitung gudang 7.500 ton di Sumbar. Kita hitung gudang di Jakarta dan Surabaya ratusan ribu ton yang sewa. Bayangkan saja berapa cost-nya. Berapa miliar Bulog harus keluarkan dana itu," katanya. 

Beban Bulog sendiri cukup besar karena diharuskan menyalurkan beras yang harganya bisa dijangkau masyarakat. Kompensasi dari tingginya biaya sewa gudang tak bisa begitu saja dialihkan pada harga jual beras untuk operasi pasar. Bagaimanapun, Bulog masih harus menjalankan tugas sebagai penjaga harga komoditas pokok di pasaran. 

Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita masih bertahan dengan argumen masing-masing soal harus-tidaknya impor beras. Kepentingan pemerintah untuk memperkuat pasokan dan cadangan beras di dalam negeri, dibantah oleh Buwas. Mantan Kepala BNN tersebut beranggapan, impor beras justru akan menambah stok beras yang mubazir di gudang Bulog. 

Buwas mengatakan bahwa gudang-gudang Bulog sudah penuh, sehingga tak mungkin bisa menampung gelontoran beras impor yang masih akan dilakukan pemerintah. Bagi Buwas, pasokan beras lokal masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement