Kamis 20 Sep 2018 13:31 WIB

Kisruh Beras, Jokowi Minta Darmin Panggil Mendag dan Bulog

Perdebatan dua petinggi lembaga itu dinilai hanya persoalan komunikasi.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolanda
Tahun ini, pemerintah kembali mengimpor beras dengan total dua juta ton. Impor dilakukan dalam tiga tahap.
Foto: Republika
Tahun ini, pemerintah kembali mengimpor beras dengan total dua juta ton. Impor dilakukan dalam tiga tahap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution memanggil Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Dirut Bulog Budi Waseso menyelesaikan kisruh mengenai impor beras. Menurut Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko, Presiden telah mendapatkan laporan terkait perdebatan antara keduanya.

"Sudah dilaporkan oleh Pak Menteri dan saya juga sudah lapor. Secepatnya, tadi sudah dari Presiden supaya Menteri Koordinator mengundang (Mendag dan Dirut Bulog)," kata Moeldoko di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (20/9).

Menurutnya, pertemuan tersebut perlu dilakukan sehingga koordinasi terkait pasokan beras berjalan baik. Ia pun juga meyakini, kisruh antara Mendag dan Dirut Bulog hanya merupakan masalah komunikasi. 

Seperti diketahui, Mendag dan Dirut Bulog saling melempar perbedaan pandangan terkait kebijakan impor beras. Budi Waseso menyebut pemerintah tak perlu mengimpor beras hingga Juni 2019 nanti. 

Menurut dia, impor beras yang dilakukan pemerintah akan mubazir. Sebab, cadangan beras dan produksi lokal masih cukup untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Cadangan beras di gudang Bulog sendiri mencapai 2,4 juta ton. 

Jumlah tersebut belum termasuk beras impor yang akan masuk pada Oktober sebesar 400 ribu ton. Sehingga, total cadangan beras bulog mencapai 2,8 juta ton. 

Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan berdasarkan rapat koordinasi yang dilakukan Kemenko Perekonomian, Bulog mempunyai izin kuota impor hingga dua juta ton. 

Baca juga, Cadangan dan Produksi Aman, Mengapa Masih Impor Beras?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement