REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (19/9) pagi bergerak melemah sebesar 20 poin. Rupiah melemah menjadi Rp 14.895 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.875 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan bahwa dolar AS kembali menguat setelah imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Amerika Serikat menembus ke level tiga persen. "Hal itu menambah katalis positif untuk dolar AS di tengah eskalasi perang dagang Amerika Serikat Cina," katanya di Jakarta, Rabu (19/9).
Ia menambahkan sentimen mengenai perang dagang masih membuat sejumlah mata uang negara berkembang, termasuk rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS. "Setelah AS memberlakukan tarif impor untuk barang Cina senilai 200 miliar dolar AS, Cina pun membalas dengan memberlakukan tarif impor juga untuk barang AS senilai 60 miliar dolar AS," paparnya.
Perang dagang itu, lanjut dia, kemungkinan akan terus berlanjut menyusul munculnya pernyataan Presiden AS Donald trump untuk segera mengusulkan pengenaan tarif fase ketiga jika Cina melakukan pembalasan.
Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada mengharapkan pemerintah dapat mengendalikan defisit neraca berjalan sehingga dapat menahan sentimen negatif eksternal. "Setidaknya tidak menambah sentimen negatif yang beredar di pasar keuangan," katanya.