Kamis 13 Sep 2018 18:45 WIB

BI Bidik Peningkatan Keuangan Digital Hingga 2,5 Persen

Teknologi digital harus dikerahkan untuk meningkatkan kredit.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Fintech Fair 2018. Pengunjung meminta informasi di stand Fintech pada gelaran Fintech Fair 2018 di Mal Taman Anggrek, Jakarta, Jumat (13/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Fintech Fair 2018. Pengunjung meminta informasi di stand Fintech pada gelaran Fintech Fair 2018 di Mal Taman Anggrek, Jakarta, Jumat (13/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menargetkan peningkatan ekonomi digital hingga 2,5 persen pada 2023 dari hanya kurang dari satu persen saat ini. Kemajuan teknologi di bidang ekonomi merupakan cara untuk meningkatkan perekonomian secara masif.

Kepala Departemen Sistem Pembayaran Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan Indonesia saat ini menghadapi dua hambatan, yakni kesenjangan keuangan dan kesenjangan produktivitas. Dua masalah ini harus diselesaikan jika ingin mencapai pertumbuhan ekonomi hingga enam persen.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga enam persen, maka perlu pertumbuhan kredit hingga 16 persen. Sementara dengan kondisi saat ini, pertumbuhan kredit maksimal kemungkinan hanya bisa mencapai 13 persen.

"Untuk menutup kekurangannya, digital ekonomi adalah solusi," kata dia dalam konferensi pers di Bank Indonesia, Kamis (13/9).

Teknologi digital harus dikerahkan untuk meningkatkan kredit. Potensi ini datang dari kelompok usaha dan bisnis kecil dan mikro. Indonesia tercatat memiliki 59,6 juta UMKM. Pengusaha besar hanya 0,01 persennya, menengah hanya 0,1 persen, kecil sebesar 1,15 persen dan sisanya usaha mikro.

BI ingin lebih banyak menjangkau pelaku bisnis tak hanya menengah dan besar. Sementara pengusaha kecil dan mikro sulit terjangkau kredit dari perbankan. Bank tidak dapat memberi kredit karena persyaratan yang sulit dipenuhi pengusaha kecil.

BI ingin mengembangkan lebih banyak platform pinjaman digital untuk menjangkau mereka. "Kalau kita bisa menggerakkan digital lending, mungkin bisa berkontribusi pada 2,5 persen," kata dia.

Indonesia juga perlu mengatasi kesenjangan produktivitas yang selama ini menghambat pertumbuhan ekonomi. Produk luar negeri masih banyak di Indonesia karena produk domestik tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar.

Selain itu, permasalahan logistik menjadi salah satu momok yang meningkatkan harga jual sehingga tidak terjangkau sejumlah kelompok. Menurutnya, perlu ada tiga hal pendukung produktivitas, yakni pertumbuhan pinjaman digital, pembayaran dan stabilitas.

"UMKM mikro itu bisa tumbuh lebih besar jika diberi kredit, financial technology bisa jadi solusi untuk memberi kredit ke mereka yang kecil-kecil ini," kata dia.

BI masih meramu formula yang aman terkait pinjaman digital ini. Saat ini pengembangnya masih sedikit dan terbatas. BI akan terus bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk pengembangannya. 

Teknologi ekonomi akan menjadi salah satu topik utama yang ditonjolkan Indonesia dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali bulan Oktober mendatang. Indonesia ingin mencapai sebuah pondasi dan kesepakatan terkait pengembangannya di ranah global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement