Kamis 13 Sep 2018 17:34 WIB

Literasi Keuangan Rendah, DIY Gencarkan Sosialisasi

Banyak yang memakai produk keuangan tapi tidak mengetahui manfaatnya.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Friska Yolanda
OJK
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
OJK

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah Istimewa Yogykarta (DIY) terus berusaha meningkatkan literasi keuangan di DIY. Saat ini, literasi keuangan di DIY masih tergolong rendah, yaitu 38,5 persen. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait hal tersebut.

"Tingkat literasinya masih rendah, hanya 38,5 persen jika dibanding dengan inklusi 76 persen. Masih tinggi tingkat inklusinya, yaitu tingkat pemakaian produk keuangannya," kata Kepala Sub Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY Asteria Dantika di SMAN 1 Yogyakarta, Kamis (13/9).

Walaupun begitu, jika dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, tingkat literasi di DIY sendiri berada di ranking ke tiga secara nasional. Namun, peningkatan literasi harus tetap dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat DIY.

Ia mengungkapkan, cara yang dilakukan untuk meningkatkan literasi keuangan di DIY yaitu dengan melakukan berbagai sosialisasi kepada masyarakat terkait produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Salah satunya dengan digelarnya 'Kegiatan Literasi Bagi Guru SMA Se-Yogyakarta' yang digelar di SMA N 1 Yogyakarta, Kamis (13/9).

"Mungkin banyak orang pakai produk, misalnya mau buka tabungan di bank tapi tidak dibaca persyaratannya. Nanti kita ditanya syarat buka tabungan, kalau pakai ATM seperti apa? Dia punya produk tapi tidak tahu manfaatnya. Untuk itu perlu ada kegiatan seperti ini," tambahnya.   

Hal tersebut perlu dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan tersebut digelar oleh perusahaan asuransi Bhinneka Life yang bekerja sama dengan OJK DIY.

Ia menyebutkan, hal yang menjadi kekhawatiran dari OJK sendiri yaitu saat masyarakat sudah menggunakan produk dari perbankan maupun perusahaan asuransi tapi tidak tahu produk yang mereka gunakan. Untuk itu, OJK DIY selalu mendukung kegiatan literasi yang dilakukan baik OJK maupun oleh pihak lain. 

"Harapanya untuk meningkatkan literasi tidak hanya menjadi tugas OJK, tapi OJK bersama industri lain, bersama-sama kita meningkatkan literasi masyarakat. Kita kerja sama seperti ini, kemudian OJK hadir untuk memberikan materi," ujarnya. 

Kepala OJK DIY, Untung Nugroho juga mendukung segala bentuk kegiatan literasi yang dilakukan, terlebih kepada guru. Sebab, guru merupakan ujung tombak untuk mengajarkan literasi kepada generasi muda. 

Direktur Operasional  dan Marketing Bhinneka Life, Lina Bong mengatakan, kegiatan literasi bagi guru SLTA merupakan bentuk kepedulian sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bhinneka Life. Bhinneka Life, lanjutnya, berperan aktif mendukung pembangunan bangsa, terutama bagi generasi masa depan. 

Ia mengatakan, guru sangat berperan penting sebagai pendidik generasi masa depan. Sebab, guru berperan dalam mengajarkan mengenai literasi keuangan kepada generasi masa depan sebagai upaya mempercepat pemahaman masyarakat terhadap literasi keuangan termasuk literasi asuransi yang saat ini masih rendah, khususnya di DIY. 

"Karena itu, setelah kegiatan ini para guru diharapkan dapat menyebarluaskan materi literasi kepada para peserta didiknya, sehingga sejak dini mereka memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan yang baik dan terencana," kata Lina. 

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi adalah salah satu indikasi bahwa pemahaman masyarakat terhadap literasi keuangan semakin membaik. OJK mencatat hingga 2017, indeks literasi asuransi di Indonesia baru mencapai 15,76 persen, turun dari survei tahun 2013 yang berada pada angka 17,84 persen. 

Rendahnya tingkat literasi ini berdampak kepada masih banyaknya penduduk Indonesia yang tidak terlindungi asuransi. Menurut data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dari total penduduk Indonesia yaitu sekitar 255 juta jiwa, hanya 7,5 persen masyarakat yang memiliki asuransi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta, sebagai salah satu pusat perdagangan, Yogyakarta memiliki potensi perekonomian yang sangat tinggi. Dengan jumlah populasi mencapai sekitar 3.618.084 jiwa, pada 2017 lalu pertumbuhan ekonomi DIY yang 5,45 persen, lebih tinggi dibandingkan 2016 yang tumbuh sebesar 5,05 persen.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement