Kamis 06 Sep 2018 18:04 WIB

Luhut: Rupiah Dipolitisasi Pengkhianatan pada Negara

Pemerintah dinilai mengupayakan sejumlah cara untuk memperbaiki ekonomi.

Red: Nur Aini
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan
Foto: RepublikaTV/Intan Pratiwi
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meminta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak dipolitisasi.

"Kita jangan main mainkan politik untuk curency (mata uang) ini karena dampaknya pada semua rakyat kecil. Kalau semua orang melakukan itu (politisasi) itu saya kira pengkhianatan pada negara," katanya di Jakarta, Kamis (6/9).

Luhut menjelaskan pemerintah telah mengupayakan sejumlah cara untuk memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia, terutama di tengah gejolak yang tengah terjadi saat ini. Pemerintah, kata mantan Menko Polhukam itu, juga mendengarkan masukan dari pasar terkait apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi yang ada.

Kebijakan soal B20 yang sudah berlaku mulai September ini, katanya, diharapkan dapat mengurangi impor minyak sehingga membantu menyeimbangkan neraca perdagangan. "Kita harus membuat seimbang antara ekspor dan impornya," katanya.

Kewajiban pemenuhan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) juga diharapkan dapat menghemat hingga 2 miliar dolar AS. Sektor pariwisata yang terus digenjot juga diharapkan dapat menambah penerimaan negara. Begitu pula dengan penaikan tarif pajak penghasilan (PPh) impor terhadap 1.147 barang konsumsi yang diharapkan juga dapat mengatasi defisit neraca transaksi berjalan.

"Kita akan coba terus upaya ini sampai nanti rupiah bisa kembali di kisaran Rp 14 ribu," katanya.

Luhut juga memastikan proses pengambilan keputusan yang saat ini dilakukan pemerintah menjadi salah satu hal positif untuk memperbaiki ekonomi. "Saya rasa sudah cukup, tinggal beritahu pasar tidak usah khawatir," ujarnya.

Baca: Harga Pakan Naik karena Rupiah, Peternak Kelimpungan

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement