Kamis 06 Sep 2018 14:00 WIB

Menlu: Milenial, Mesin Penggerak Ekonomi Berikutnya

Para milenial perlu dibekali kemampuan agar mampu menghadapi tantangan ke depan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat memberi sambutan di The 4th ASEAN Marketin Summit di Raffles Jakarta, Kamis (6/9).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat memberi sambutan di The 4th ASEAN Marketin Summit di Raffles Jakarta, Kamis (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan, generasi milenial di Indonesia memiliki peranan strategis dalam mengatasi berbagai permasalahan di Indonesia, termasuk ekonomi. Atas peranan ini, ia meminta kepada seluruh pemangku kepentingan untuk bersama mendorong mereka untuk menjadi the next engine.

Retno mengatakan, jumlah generasi milenial di Indonesia saja sudah mencapai 34,45 persen. Di ASEAN yang memiliki populasi lebih dari 600 juta orang, sebanyak 40 persen di antaranya berusia di bawah 30 tahun.

Selain mendominasi secara kuantitas, mereka juga berpotensi dari segi kualitas. "Mereka well connected melalui internet dan social media, tech savvy, memiliki pemahaman lebih luas terhadap satu isu," ujarnya saat membuka acara The 4th ASEAN Marketing Summit di Raffles Jakarta, Kamis (6/9).

Menurut Retno, ada tiga isu yang harus difokuskan saat membahas milenial sebagai mesin penggerak ekonomi berikutnya. Pertama, digital platform. Sebagai generasi yang lahir di tengah perkembangan teknologi, milenial harus diberi akses melalui digital ke pasar internasional.

Retno menuturkan, ASEAN memiliki kesempatan untuk maju di bidang ekonomi digital dengan memanfaatkan kemampuan para generasi milenial. "Ditargetkan, pada 2025, ASEAN bisa masuk dalam lima terbesar digital ekonomi di dunia," ujarnya.

Namun, Retno mengakui, meningkatkan kualitas pada generasi milenial tidaklah mudah. Dibutuhkan upaya bersama para pemangku kepentingan. Di antaranya dengan meningkatkan edukasi, baik secara formal maupun nonformal.

Isu kedua adalah ekonomi kreatif. Sifat milenial yang sulit bertahan di satu perusahaan memungkinkan generasi milenial untuk berkembang di bidang non formal seperti ekonomi kreatif. "Kita harus tumbuhkan sense entrepreneurship di milenial," kata Retno.

Terakhir adalah social awareness. Retno menilai, generasi milenial kini sudah bisa menjadi bagian dari solusi sebuah permasalahan. Mereka dapat menyajikan sebuah keharmonisan. Tidak hanya berurusan dengan gawai dan media sosial, mereka mulai memperhatikan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Retno berharap, tiga isu ini bisa dijadikan sebagai poin pembicaraan dalam forum The 4th ASEAN Marketing Summit yang mengangkat tema Marketing to ASEAN Millenials. "Tujuan akhirnya, untuk memberi dorongan kepada milenial agar mereka bisa menjadi the next engine," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement