REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Para pelaku usaha di Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengaku khawatir melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mereka khawatir pelemahan nilai tukar akan berpengaruh pada kenaikan harga BBM. Pasalnya, bila harga BBM naik maka otomatis akan berdampak pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Secara umum saat ini pelemahan rupiah belum berpengaruh pada pelaku usaha di Sukabumi," ujar Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Sukabumi Raden Koesoemo Hutaripto atau sering disapa Ari kepada wartawan, Rabu (5/9).
Sekitar 70 persen pelaku usaha di Sukabumi merupakan UMKM. Para pelaku UMKM tersebut sekitar 50 persen lebih bahan bakunya berasal dari kandungan lokal, kecuali pelaku usaha pembuatan tempe dan tahu yang bahan baku kedelainya berasal dari impor.
Ari mengatakan, pelaku usaha yang terdampak pelemahan rupiah mayoritas pengusaha besar dan multinasional. Terlebih berdasarkan pengalaman krisis ekonomi 1998 lalu sektor UMKM tetap hidup dan bertahan walaupun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dari Rp 3.000 menjadi Rp 16 ribu.
Namun, jika nilai tukar rupiah terus melemah maka dikhawatirkan akan berdampak pada kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik. Sebab, bila tidak menaikkan harga BBM, Pertamina akan menjerit karena sebelumnya besaran subdisi di APBN sudah ditentukan pemerintah.
Kerugian Pertamina akan kecil jika berani menaikkan harga BBM. Namun, di sisi lain, rakyat khususnya pelaku usaha akan makin terbebani dengan kenaikan harga BBM.