Selasa 04 Sep 2018 15:16 WIB

Darmin Sebut Rupiah Saat Krisis 1998 dan Sekarang tak Sama

Fundamental ekonomi nasional masih baik.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolanda
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih dalam keadaan baik yakni di sisi pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Namun, ia menyampaikan pemerintah masih harus memperbaiki kondisi defisit transaksi berjalan.

Darmin juga menyebutkan kondisi nilai tukar rupiah saat ini tidak sama dengan kondisi pada saat krisis moneter 1998. Menurut dia, kondisi ekonomi saat ini jauh berbeda dari kondisi 20 tahun silam.

Darmin mengatakan, pelemahan rupiah 20 tahun lalu mulai dari Rp 2.800 ke Rp 14 ribu per dolar AS. "Sekarang dari Rp 13 ribu ke Rp 14 ribu, tahun 2014, dari Rp 12 ribu ke Rp 14 ribu, tidak sama kenaikan dari Rp 13 ribu ke Rp 14 ribu sekian dengan Rp 2.800," kata Darmin, Selasa (4/9).

Darmin menegaskan fundamental ekonomi nasional masih baik. Namun, diakuinya kelemahan negara ada di neraca transaksi berjalan yang masih defisit.

Baca juga, Rupiah Melemah, Pengusaha Tekstil Naikkan Harga Jual

Angka defisit transaksi berjalan itupun disebutnya lebih kecil dari tahun 2014, yakni 4,2 persen. Bahkan, angka tersebut juga lebih kecil dari negara-negara lainnya seperti Brasil, Turki, Argentina, dan lain-lain.  

"Masih lebih kecil dari Brasil, Turki, Argentina," ujarnya.

Menurutnya, inflasi di Argentina saat ini mencapai 30 persen, dan pada tahun lalu bahkan mencapai 60 persen. Sedangkan di Indonesia, kata Darmin, pertumbuhan ekonomi masih dalam kondisi aman. 

"Pertumbuhan oke lima koma, meski ada defisit transaksi berjalan, ini bukan penyakit baru," kata Darmin.

Pagi ini, Presiden Jokowi mengumpulkan sejumlah menteri dan pejabat ekonomi dan keuangan. Di antaranya yakni Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Selain itu hadir juga Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Kepala OJK Wimboh Santoso. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement