Senin 03 Sep 2018 23:53 WIB

Manulife Targetkan Dana Kelolaan Rp 71 Triliun

Dana kelolaan ini dapat dicapai hanya dari pasar modal.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusomonegara (batik cokelat) dalam peluncuran produk baru reksadana pasar uang syariah bernama Manulife Dana Kas Syariah (MDKS) di Jakarta, Jumat (31/8). Produk ini menawarkan minimal setoran yang terjangkau, yakni mulai dari Rp 10ribu.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusomonegara (batik cokelat) dalam peluncuran produk baru reksadana pasar uang syariah bernama Manulife Dana Kas Syariah (MDKS) di Jakarta, Jumat (31/8). Produk ini menawarkan minimal setoran yang terjangkau, yakni mulai dari Rp 10ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro menargetkan asset under management (AUM) atau dana kelolaan mencapai Rp 71 trilun sampai akhir tahun. Saat ini, total dana kelolaan perseroan mencapai Rp 67 triliun, naik 3,07 persen dibandingkan posisi pada akhir 2017 yang tercatat menyentuh Rp 65 triliun.

Target tersebut dapat tercapai tanpa penjualan baru dengan syarat indeks harga saham gabungan (IHSG) berada pada posisi 6.500. "Artinya, hanya dari market, baru AUM kami bisa berpotensi mencapai angka itu," tutur Legowo ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, kemarin.

Legowo menjelaskan, pengelolaan dana MAMI memang bergantung terhadap pergerakan saham. Sebab, sekitar 40 persen dari total portofolio ditempatkan pada reksa dana saham yang memiliki keterikatan erat dengan pergerakan indeks.

Baca juga, Pertumbuhan Reksa Dana Syariah tak Signifikan

 

Legowo mengakui, dibutuhkan strategi untuk menghadapi tekanan global saat ini. MAMI sendiri terus melakukan edukasi kepada investor untuk mengalihkan dananya dari reksa dana saham ke reksa dana jenis lain untuk sementara waktu. Menurutnya, ini siasat tepat dalam mengantisipasi dampak negatif yanga ada.

Namun, Legowo menambahkan, kondisi reksa dana masih positif di tengah melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Apabila dilihat secara unit penyertaan, jumlahnya justru mengalami peningkatan.

Apabila dipantau berdasarkan dana kelolaan, memang terkoreksi mengalami penurunan. Tapi, penyebabnya tidak semata karena fenomena global melainkan kondisi pasar. "Kami mengira, saat pasar bergejolak, orang akan keluar dari pasar reksa dana, namun ternyata tidak. Jadi, investor kita tampaknya cukup percaya dan melihat pertumbuhan pasar modal kita oke," ucap Legowo.

 

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement