Sabtu 01 Sep 2018 15:50 WIB

Hipmi: Jangan Anggap Enteng Pelemahan Rupiah

Harga bahan pokok melambung dipicu nilai tukar rupiah yang melemah.

Petugas menata tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank Mandiri,Jakarta, Senin (23/7).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menata tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank Mandiri,Jakarta, Senin (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menginginkan agar fenomena pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat jangan sampai dianggap enteng oleh berbagai pihak terkait.

"Kita tidak boleh menganggap enteng pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini yang menembus Rp 14.725 hampir mendekati Rp 15 ribu," kata Ketua Badan Pengurus Pusat Hipmi Anggawira dalam rilis di Jakarta, Sabtu (1/9).

Menurut Anggawira, salah satu kecemasan dengan melemahnya nilai tukar rupiah tersebut adalah jika pihak swasta meminjam anggaran negara tetapi saat jatuh tempo tidak mampu membayar karena beratnya kurs sehingga sangat berisiko. Anggawira juga mengingatkan pelemahan rupiah ini pun nantinya akan berimbas pada beragam kalangan masyarakat.

Ia rasa kekhawatiran masyarakat akan naiknya harga bahan pokok tersebut dipicu oleh depresiasinya nilai tukar rupiah. "Saya lebih mengkhawatirkan masyarakat kita karena harga bahan pokok yang melambung tinggi ini dipicu oleh nilai tukar rupiah yang melemah," ucapnya.

Untuk itu pemerintah harus benar-benar berpikir ekstra guna mengatasi persoalan tersebut dan menahan laju depresiasi nilai tukar rupiah. Sebagaimana diwartakan, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, melemah ke posisi Rp 14.683 per dolar AS terimbas sentimen negatif isu perang dagang.

photo

Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah cenderung terpengaruh sentimen yang berasal dari eksternal, terutama isu perang dagang yang kembali muncul. Ia menambahkan sentimen mengenai kenaikan suku bunga The Fed juga masih menjadi perhatian investor. Pelaku pasar memproyeksikan ada kenaikan suku bunga pada September mendatang.

Sedangkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan komitmen BI sangat kuat untuk menjaga stabilitas ekonomi khususnya terkait dengan kondisi nilai tukar rupiah. "Kami tingkatkan intensitas untuk melakukan intervensi, khususnya kami meningkatkan volume intervensi di pasar valas," kata Perry di Jakarta, Jumat.

Di samping intervensi di pasar valas, BI juga telah melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder serta membuka lelang foreign exchange swap dengan target lebih dari 400 juta dolar AS dana masuk.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement