REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri Tbk mengaku telah menaikkan suku bunga kredit sekitar 25 sampai 50 basis poin (bps). Hal itu merespons kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang telah mencapai 5,5 persen.
Meski demikian, SVP Investor Relations Bank Mandiri Yohan Setio mengatakan, pengenaan bunga kredit tergantung pada assestment terhadap nasabah. "Kita lihat dari kondisi kesehatan nasabah, baru kita kenakan kenaikan lending rate," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Rabu, (29/8).
Hal itu berbeda dengan sebelumnya perseroan berencana menahan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hingga akhir tahun. Hal itu karena margin KPR perseroan baru tumbuh satu angka atau single digit.
"Jadi kami masih dorong untuk primary mortgage (kredit perumahan)," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo beberapa waktu lalu. Ia menambahkan, setelah Bank Indonesia (BI) melonggarkan kebijakan Loan to Value (LTV), bank berpelat merah itu harus bersaing dengan bank lain.
"Lagi pula relaksasi itukan untuk pertama. Jadi kami harus bersaing dengan bank lain, jadi rasanya kami tidak akan menaikkan (suku bunga KPR) sampai akhir tahun. Baru nanti kami review," ujar pria yang akrab disapa Tiko tersebut.
Menurut Tiko, perseroan juga tidak berencana menaikkan suku bunga kredit lainnya hingga akhir 2018. "Kita masih akan tahan sampai akhir tahun," ujarnya.
Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit 11,8 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 762,5 triliun pada akhir Juni 2018. Angka pertumbuhan tersebut hampir sama dengan rata-rata pertumbuhan kredit Bank Mandiri selama lima tahun terakhir yakni sebesar 11,9 persen.
Pertumbuhan kredit ditopang oleh segmen korporasi besar sebesar 22,2 persen dan pertumbuhan kredit segmen mikro sebesar 24,8 persen. Masing-masing kredit tersebut nilainya menjadi Rp 296,8 triliun dan Rp 90,6 triliun.
Berkat pertumbuhan tersebut, Bank Mandiri mencetak peningkatan laba secara signifikan menjadi Rp 12,2 triliun, tumbuh 28,7 persen dari Juni 2017. Sedangkan aset perseroan pada periode yang sama juga tumbuh sebesar Rp 88,1 triliun atau 8,3 persen secara yoy menjadi Rp 1.155,5 triliun pada akhir kuartal II 2018.
Advertisement