REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Senin (28/8) waktu setempat. Kenaikan harga ini didukung oleh penguatan pasar ekuitas, pelemahan dolar serta berita bahwa Amerika Serikat dan Meksiko setuju untuk merombak Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Minyak mentah Brent, patokan internasional, untuk pengiriman Oktober bertambah 0,39 dolar AS atau 0,5 persen, menjadi menetap di 76,21 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 0,15 dolar AS atau 0,2 persen, menjadi ditutup di 68,87 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Pekan lalu, WTI membukukan kenaikan mingguan 4,3 persen sementara Brent mencatat kenaikan mingguan 5,6 persen.
Para pedagang mengatakan harga mundur setelah firma intelijen pasar Genscape melaporkan bahwa persediaan di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman untuk WTI naik sekitar 764.800 barel dari 21 Agustus hingga Jumat (24/8).
Dolar AS yang lebih lemah juga membuat komoditas yang dihargakan dalam mata uang tersebut lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Dolar AS mengalami lanjutan pelemahan pada Senin (27/8) di tengah laporan Amerika Serikat dan Meksiko mencapai kesepakatan perdagangan. Hal ini besar kemungkinan membuka jalan untuk menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Amerika Serikat dan Meksiko sepakat pada Senin (27/8) NAFTA, menekan Kanada agar menyetujui ketentuan baru tentang perdagangan mobil dan aturan penyelesaian perselisihan untuk tetap menjadi bagian dari perjanjian tiga negara.
"Kesepakatan perdagangan dengan Meksiko jelas merupakan faktor yang mendukung," kata Phil Flynn, analis pada Price Futures Group di Chicago.
Kekhawatiran bahwa negara-negara akan gagal untuk mencapai kesepakatan perdagangan bilateral telah membebani pasar minyak pada Jumat (24/8). Minyak mentah turun dari level tertinggi sesi itu di tengah kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi dan permintaan akan tertahan karena negara-negara itu tersandung pada negosiasi hambatan perdagangan.
Pasar saham AS menguat, dengan indeks acuan S&P 500 dan Nasdaq mencapai tertinggi sepanjang masa, mendorong harga minyak lebih tinggi. Pasar ekuitas dan pasar berjangka minyak terkadang saling berdekatan satu sama lain.