Selasa 28 Aug 2018 06:26 WIB

Mengapa Produsen Masih Memproduksi Kemasan Plastik?

Kemasan plastik mampu menjaga kualitas produk.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Friska Yolanda
Softdrink dalam kemasan plastik
Foto: .
Softdrink dalam kemasan plastik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2015 menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia. Namun hingga saat ini, kemasan plastik masih diproduksi.

Masih dalam data yang sama, produksi plastik setiap tahunnya menghabiskan delapan persen hasil produksi minyak dunia atau sekitar 12 juta barel minyak. Produksi plastik juga menghabiskan 14 juta pohon. Sekitar 50 persen sampah plastik merupakan kemasan sekali pakai, dan hanya lima persen plastik yang benar-benar didaur ulang.

Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menyatakan plastik merupakan kemasan yang paling efektif. "Kita perlu melihat secara komprehensif," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (27/8).

Menurut Karyanto, kemasan plastik memiliki keunggulan dari segi ekonomi. Selain itu, kemasan plastik mampu menjaga kualitas produk dari produsen menuju ke tangan konsumen.

Baca juga, Pemerintah Terapkan Cukai Plastik Tahun Ini

Di sisi lain, pihaknya juga menggunakan kemasan lain seperti botol kaca untuk air mineral. Botol kaca tersebut, diklaim juga mampu menjaga kualitas produk. "Tapi dari segi distribusi lebih panjang jalurnya," ujar dia.

Karyanto menekankan kepada perusahaannya untuk mendaur ulang plastik yang akan digunakan menjadi kemasan air mineral. Hal tersebut, lanjut dia, untuk mewujudkan bisnis dengan konsep berkelanjutan.

Perseroan menargetkan pada 2020 kemasan air mineral sudah mengandung 20 persen plastik daur ulang. Pada 2025, ia akan meningkatkan kandungan plastik daur ulang menjadi 50 persen. 

"Selain itu, kami juga terus meningkatkan jumlah sampah plastik yang kembali ke pihak produsen untuk diolah kembali," ucapnya. 

Ketua Departemen Oseanografi FPIK Universitas Diponegoro Denny Nugroho Sugianto mengatakan sampah anorganik, termasuk plastik, adalah hal yang berbahaya jika masuk ke perairan. Sampah plastik yang terdapat di laut dapat termakan oleh hewan-hewan di dalamnya. Bahkan, sampah plastik dapat berubah menjadi mikroplastik berukuran satu milimeter yang bisa larut menjadi partikel di laut. 

"Oleh karena itu, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, akan terkonsumsi oleh organisme di laut seperti ikan," jelasnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement