Senin 27 Aug 2018 18:42 WIB

Capaian Target Bisnis BTN Tahun Ini Dipacu Stimulus Properti

Relaksasi LTV membantu mendorong kredit perumahan BTN.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Petugas menghitung uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang Bank BTN, Jakarta, Jumat (20/7).
Foto: ANTARA FOTO
Petugas menghitung uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang Bank BTN, Jakarta, Jumat (20/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) optimistis target perseroan tetap tercapai pada akhir tahun. Hal itu ditopang peluang peningkatan kredit dengan adanya relaksasi Loan-to-Value (LTV) dan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) serta penurunan biaya dana dan biaya operasional dari masuknya aliran dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

 

Direktur Bank BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, meski perekonomian nasional terpapar dampak dari gejolak ekonomi global dan adanya kenaikan suku bunga acuan, tetapi perseroan tetap optimis mampu mencapai target bisnis yang telah ditetapkan sejak awal tahun. Pasalnya, pemerintah dan regulator telah membantu menstimulus sektor properti dengan berbagai kebijakan.

Bank Indonesia (BI) misalnya, kata Iman, telah memberlakukan relaksasi LTV yang berlaku mulai 1 Agustus 2018. Begitu pula dengan rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan merelaksasi beberapa ketentuan seperti mengubah perhitungan ATMR, mengubah larangan pemberian kredit untuk pengolahan tanah bagi pengembang, mendorong pendanaan KPR melalui sekuritisasi, meningkatkan batas pembiayaan dengan agunan, dan meningkatkan koordinasi dengan instansi lain.

Pada semester kedua tahun ini, kata dia, BTN pun kembali masuk dalam daftar bank penyalur FLPP. Hal itu akan membantu mengurangi beban biaya baik operasional maupun dana. 

“Dengan berbagai stimulus tersebut serta kesiapan Bank BTN menggarap berbagai peluang bisnis yang ada, kami meyakini akan tetap mencatatkan realisasi kinerja bisnis sesuai target yang telah ditetapkan sejak awal tahun,” kata Iman dalam Konferensi Pers usai Public Expose BTN di Gedung Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, Senin, (27/8).

Iman mengatakan optimisme tersebut juga didukung angka backlog perumahan di Indonesia yang masih tinggi. Selain itu, kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi opsi utama bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki rumah.

Data bank sentral juga menunjukkan, sebagian besar konsumen atau sebanyak 75,21 persen menggunakan fasilitas KPR untuk membeli properti residensial. Kemudian sebanyak 16,13 persen memilih membeli hunian dengan skema tunai bertahap dan 8,66 persen dengan skema tunai.

"Kami pun terus melakukan berbagai inovasi dan transformasi untuk menggarap peluang bisnis yang ada. BTN juga terus menggelar promosi untuk meningkatkan penyaluran kredit perseroan secara keseluruhan terutama KPR,” jelas Iman.

Adapun, bisnis KPR emiten bersandi saham BBTN terus mencatatkan laju pertumbuhan positif dan di atas rata-rata industri perbankan nasional. Hingga Juli 2018, BTN mencatatkan penyaluran KPR dan pembiayaan pemilikan rumah (PPR) sekitar Rp 157,55 triliun.

Posisi tersebut naik sekitar 22,07 persen secara tahunan (yoy) dari Rp 129,07 triliun pada Juli 2017. Sementara, data Bank Indonesia merekam KPR dan KPA industri perbankan nasional hanya tumbuh di level 13,52 persen yoy per Juni 2018. “Kami meyakini akan terus mencatatkan kinerja positif di atas rata-rata dan mencapai target bisnis pada akhir tahun nanti,” tegas Iman.

Secara keseluruhan, hingga bulan ketujuh tahun ini, kredit dan pembiayaan Bank BTN tumbuh di level sekitar 19,55 persen yoy dari Rp 178,58 triliun menjadi sekitar Rp213,5 triliun. Bank BTN pun tercatat telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sekitar Rp 188,33 triliun atau naik sekitar 17,27 persen yoy dari Rp 160,59 triliun.

Dengan kinerja tersebut, BTN mencatatkan aset total sekitar Rp 264,51 triliun pada Juli 2018. Angka itu naik sekitar 17,73 persen yoy dari Rp 224,68 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement