REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk membukukan pendapatan usaha naik empat persen. Pendapatan Adaro 1,610 miliar dolar AS pada semester pertama 2018, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 1,549 miliar dolar AS.
"Kinerja semester pertama mencerminkan fokus kami terhadap keunggulan dan efisiensi operasional di tengah pasar batubara yang kondusif," kata Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy, Garibaldi Thohir, Kamis (23/8).
Posisi keuangan yang kuat, lanjut dia, menyediakan keleluasaan untuk menghadapi pasar batubara yang dinamis serta memungkinkan perusahaan untuk melaksanakan strategi pertumbuhan jangka panjang. Ia mengemukakan divisi pertambangan batubara perseroan menyumbangkan 92 persen pendapatan usaha perusahaan sementara sisanya diperoleh dari bisnis non batubara.
"Kedua segmen itu menghasilkan peningkatan pendapatan usaha karena bisnis non batubara juga mencatat kenaikan volume dari pelanggan pihak ketiga, baik yang lama maupun yang baru," kata dia.
Sementara itu tercatat, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Adaro Energy pada semester pertama 2018 mencapai 195,38 juta dolar AS, menurun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 222,39 juta dolar AS.
Total aset sebesar 6,784 miliar dolar AS lebih tinggi 3 persen daripada pada periode sama tahun sebelumnya. Aset lancar turun 5 persen menjadi 1,689 miliar dolar AS, terutama diakibatkan oleh penurunan saldo kas. Sedangkan aset non lancar naik 6 persen menjadi 5,095 miliar dolar AS.
Pada semester pertama tahun ini, Adaro Energy mengeluarkan 161 juta dolar AS dalam bentuk belanja modal, yang terutama digunakan untuk pembelian dan penggantian alat berat dan pengembangan aset batubara metalurgi. Selanjutnya dalam tahun ini, perusahaan akan terus menggunakan belanja modal sesuai rencana.