Rabu 22 Aug 2018 05:36 WIB

Trump Minta Bantuan Fed untuk Tingkatkan Ekonomi

Trump juga menuduh Cina memanipulasi yuan.

Rep: Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump, Senin (20/8), mengatakan tak puas dengan kinerja Federal Reserve yang menaikkan suku bunga, di bawah pimpinan Jerome Powell yang ia tunjuk sendiri. Ia pun meminta bantuan bank sentral AS untuk meningkatkan ekonomi.

Dalam beberapa dekade terakhir, Presiden AS jarang mengecam Fed. Kemandirian institusi ini dianggap penting bagi stabilitas ekonomi. 

Trump telah meninggalkan tradisi ini. Ia bahkan mengatakan tak takut akan dikritik di masa depan, jika Fed terus menaikkan suku bunga. "Saya tidak senang dengan kenaikan suku bunga. Tidak. Saya tidak senang," kata Trump, mengacu pada Powell. 

Setelah pernyataan tersebut, harga saham AS turun. Nilai tukar dolar AS juga turun tipis terhadap sejumlah mata uang. 

Trump mengkritik the Fed ketika ia menjadi kandidat calon presiden. Ia mengatakan, negara lain mendapatkan manfaat dari langkah bank sentral mereka selama pembicaraan perdagangan yang sulit. Namun, AS tidak mendapatkan dukungan dari the Fed. 

The Fed telah menaikkan suku bunga dua kali tahun ini. Bahkan, lembaga ini berencana melakukannya lagi bulan depan dengan inflasi harga konsumen naik menjadi 2,9 persen pada Juli. Ini merupakan level tertinggi dalam enam tahun dengan pengangguran sebesar 3,9 persen. Ini merupakan level terendah dalam sekitar 20 tahun. Setelah meninggalkan kebijakan suku bunga terendah yang bersejarah selama sekitar enam tahun setelah krisis keuangan global 2008, Fed mulai perlahan menaikkan suku bunga lagi pada akhir 2015.

Berita terkait:

Di tengah perang dagang, Trump juga mengatakan bahwa Cina memanipulasi mata uang yuan karena harus membayar tarif impor yang dikenakan Washington. Ia juga menuduh negara pengguna mata uang Euro melakukan hal yang sama. 

“Apa yang mereka lakukan adalah menebus fakta bahwa mereka sekarang membayar ratusan juta dolar AS dan dalam beberapa kasus miliaran dolar ke dalam Departemen Keuangan Amerika Serikat. Jadi mereka diakomodasi dan saya tidak. Dan saya masih akan menang," ujar dia. 

Seorang pejabat bank sentral Cina mengatakan, negaranya telah mencatat komentar AS terhadap yuan dan mengatakan kedua belah pihak harus berkomunikasi mengenai masalah ini. Pejabat Bank of China, Li Bo juga mengatakan nilai tukar yuan Cina terutama didorong oleh pasar dan fleksibilitas nilai tukar yuan telah meningkat. 

"Kami tidak akan mengejar devaluasi mata uang kompetitif dan tidak akan menggunakan mata uang sebagai senjata untuk menangani friksi perdagangan," kata Li, mengulangi pernyataan sebelumnya dari Beijing.

Tuduhan ini bukan yang pertama kali dilontarkan Trump kepada Cina. Namun, pemerintah Cina sejauh ini menolak menyebutkan nama Cina secara resmi sebagai manipulator mata uang dalam laporan semi-tahunan dari Departemen Keuangan AS. 

Dolar AS telah menguat tahun ini sebesar 5,35 persen terhadap yuan dan membalikkan sebagian besar penurunannya terhadap mata uang Cina pada 2017. Euro melemah sekitar 4,3 persen terhadap greenback tahun ini dan dilanda kekhawatiran atas laju pertumbuhan ekonomi di blok perdagangan Uni Eropa dan atas ketegangan perdagangan AS-Eropa. Trump telah mengurangi defisit perdagangan AS sebagai prioritas dan kombinasi kenaikan suku bunga dan penguatan dolar menimbulkan risiko bagi pertumbuhan ekspor.

Juru bicara the Fed menolak mengomentari pernyataan Trump. Bulan lalu, Powell mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Fed memiliki 'tradisi panjang' kemerdekaan dari masalah politik. Tidak ada seorang pun di pemerintahan Trump yang mengatakan sesuatu yang mengkhawatirkan tentang masa depan kepadanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement