Sabtu 18 Aug 2018 17:12 WIB

Kemendes PDTT: Minat Masyarakat akan Transmigrasi Tinggi

Selama tiga tahun terakhir sekitar 30 ribu KK ikut program transmigrasi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Daerah transmigrasi, ilustrasi
Foto: Darmawan/Republika
Daerah transmigrasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengungkapkan masyarakat memiliki minat tinggi terkait program transmigrasi. Selama tiga tahun terakhir, sekitar 30 ribu kepala keluarga dari kawasan padat penduduk mengikuti program unggulan Kemendes PDTT tersebut.

"Daerah transmigrasi seperti daerah di Sulawesi, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah juga ada. Di Sumatera juga beberapa, seperti Bengkulu," kata Sekretaris Jenderal Kemendes PDTT Anwar Sanusi, Kamis (16/8) lalu.

Pada program transmigrasi tersebut, Kemendes PDTT ingin membuat Kota Terpadu Mandiri. Kota tersebut akan menjadi kawasan berkembang dan akan didorong baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Perkembangan wilayah tersebut diharapkan bisa menarik orang untuk datang sehingga mengurangi kepadatan.

"Kan kalau kawasan itu berkembang logikanya orang akan datang," kata Anwar.

Menanggapi minat masyarakat akan transmigrasi yang tinggi, dalam program ini, pemerintah pusat juga bekerjasama dengan pemerintah daerah. Baik pihak daerah pengirim dan daerah penerima transmigran semuanya bekerjasama agar proses transmigrasi berjalan dengan lancar.

"Makanya sekarang ini kita kolaborasi antara yang ngirim, penerima, sama kami. Yang mengirimkan sudah memasukan PAD-nya, contohnya Jawa Tengah sudah mengalokasikan bantuan kepada transmigran, seperti diberikan uang saku, diuruskan surat-suratnya. Kemudian di sana menerima tanah kan jelas, kita membantu memberangkatkan, pembinaan dan memebrikan jaminan hidup," kata Anwar.

Pemerintah juga memberikan pembinaan pada masyarakat transmigran. Pembinaan tersebut antara lain dalam bentuk pelatihan memulai kehidupan di tempat baru. Ia mencontohkan meskipun banyak transmigran merupakan petani, di tempat baru lingkungan pertanian berbeda. Oleh karena itu dilakukan pendampingan.

Para pendamping yang dimaksud ada yang memang disiapkan oleh Kemendes PDTT, namun ada pula yang hadir dari masyarakat transmigran. Anwar menceritakan seorang transmigran yang berhasil bernama Solihin.

"Pak Solihin itu aslinya sopir tembak, di daerah Surakarta. Lima tahun jadi transmigran dia dari berpenghasilan Rp 800 ribu per bulan, jadi Rp 50 juta perbulan. Dia ini jadi petani lada," kata Anwar.

Contoh-contoh keberhasilan itu pun tidak akan dibiarkan saja. Anwar mengatakan, dirinya sudah meminta Solihin membuat semacam videoblog (vlog) terkait kisah hidupnya. Nantinya, diharapkan masyarakat dapat melihat keberhasilan Solihin dan semakin semangat melakukan transmigrasi.

Tidak berhenti di situ, Kemendes PDTT juga akan mengembangkan produk unggulan kawasan pedesaan (prukades). Pemerintah bersama-sama dengan swasta dan perguruan tinggi membantu masyarakat pedesaan untuk menemukan produk unggulan yang selanjutnya dikembangkan dalam skala besar. 

"Itu terobosan yang kita lakukan. Kita ingin adalah banyak kawasan tumbuh yang diinsiasi dari transmigrasi ini," kata Anwar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement