REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan membantah jika rasio utang Indonesia saat ini tinggi. Ia membantah pernyataan yang kerap kali menyebutkan bahwa jumlah utang pemerintah saat ini akan membuat negara gulung tikar.
Luhut menjelaskan, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun ini hanya 28 persen. Jika ada yang menyebutkan rasio utang terhadap PDB mencapai 60 persen, maka menurutnya, itu tidak benar.
Luhut mengklaim, kondisi ekonomi Indonesia saat ini juga lebih baik dari sebelum sebelumnya. Ia mengatakan, cadangan devisa saat ini cukup produktif, dengan menggunakan anggaran belanja untuk proyek proyek produktif yang membawa keuntungan saat masa berjalan.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk membangun proyek, pemerintah kerap memakai skema pinjaman yang diangsur dari produktifitas proyek saat proyek sudah berjalan. "Jadi tidak ada beban di APBN yang tidak efektif. Semua kita pakai untuk belanja produktif. Raising fund dari bawah," ujar Luhut di Hotel Grand Hyatt, Selasa (14/8).
Utang Luar Negeri Indonesia
Luhut mencontohkan proyek light rail transit (LRT). Proyek yang sebelumnya dianggarkan membengkak ini akhirnya dikoreksi dan menghemat Rp 13 triliun. Penghematan ini kata Luhut membuat cashflow negara menjadi lebih seimbang.
Disatu sisi, kata Luhut kemiskinan juga membaik, terbukti dari gini ratio yang juga semakin tipis hingga akhir tahun nanti. "Kalau ada yang bilang jumlah rakyat miskin mencapai 100 juta, itu dia nggak mikir," tambah Luhut.
"Jangan bicara jelek aja. Kalau memang ada yang perlu diperbaiki, ya kita perbaiki sama sama. Bukan saling hujat. Jokowi juga tidak benar 100 persen juga. Tapi kita perlu benahi comfort zone. Benahi kemiskinan 100 persen juga butuh waktu dan strategi," ujar Luhut.