REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), termasuk di DIY, masih menghadapi banyak tantangan.Di antaranya modal yang terbatas, akses perbankan tidak mudah, aset yang relatif terbatas, pemasaran yang sulit, dan mutu produk yang belum memenuhi standarisasi.
"Saya yakin karyawan UMKM gajinya masih di bawah UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota). Karena produknya belum bisa standar dan pemasaran masih belum meluas sehingga pendapatannya masih kecil," kata Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, saat acara ramah tamah dengan para wartawan yang mengikuti kegiatan Journalist Journey yang diselenggarakan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), di Bale Kenyo Kepatihan Yogyakarta, Rabu (8/8) malam.
Menurut Sultan, teknologi sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produk UMKM. Untuk itu, perlu adanya kegiatan workshop. Kendati demikian, pihaknya tidak bisa menyiapkan workshop sendiri.
Lebih lanjut diakui Sultan, potensi UMKM terbilang besar. Sehingga tinggal bagaimana mengonsolidasikan potensi yang besar itu menjadi kekuatan dalam proses bersaing. Namun, ia menegaskan untuk menyiapkan workshop, investasinya terlalu besar karena ada alat presisi yang harganya mahal.
Lebuh lanjut Sultan mengatakan pihaknya membutuhkan satu unit usaha yang mampu menyediakan bahan baku. Agar UMK dan industri yang membutuhkan bahan baku impor tidak terlalu tinggi membelinya. "Apakah Pak Dirut (Direktur Utama PT PNM (Arief Mulyadi) bisa mengusahakan hal ini?" tanya Sultan.