Selasa 07 Aug 2018 18:48 WIB

Neraca Perdagangan Diproyeksikan Kembali Defisit

Pertumbuhan impor pada Juli melebihi ekspor.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).
Foto: bea cukai
Aktivitas ekspor impor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi neraca perdagangan nasional akan kembali mencatatkan defisit pada Juli 2018. Hal itu lantaran kinerja ekspor Indonesia tumbuh kalah cepat dibandingkan impor.  

"Bulan Januari kita defisit, ini yang saya bisa saya sampaikan, sampai Juni jadi dari enam bulan pertama, maka empat bulan defisit. Januari defisit, Februari defisit, Maret surplus, April defisit, Mei defisit, Juni surplus," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan dalam paparannya pada pertemuan eksportir di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea Cukai, Jakarta, Selasa (7/8).

Oke mengatakan, berdasarkan informasi yang ia himpun, neraca dagang Juli akan kembali defisit. Terkait masalah kinerja perdagangan itu, Oke akan melakukan evaluasi dengan memanfaatkan data-data yang dimiliki otoritas terkait.

Neraca dagang Indonesia selama Juni 2018 mencatat surplus sebesar 1,74 miliar dolar AS. Angka tersebut disumbang oleh ekspor yang turun 19,8 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi 13 miliar dolar AS dan impor yang turun lebih dalam sebesar 36,27 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi 11,26 miliar dolar AS.

Secara tahunan, baik ekspor maupun impor masih mengalami kenaikan, yaitu masing-masing sebesar 4,67 persen year on year (yoy) dan 12,66 persen (yoy). Sementara, neraca dagang pada semester pertama 2018 defisit 1,02 miliar dolar AS.

Terkait defisit neraca perdagangan tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta para eksportir untuk bisa meningkatkan diversifikasi produk dan pasar. Hal itu guna memacu kinerja ekspor yang dalam semester pertama 2018 kalah dibandingkan dengan impor. Dengan memperbaiki kinerja ekspor, ia berharap tekanan pada nilai tukar rupiah bisa semakin dikendalikan.

"Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen (yoy) itu kemudian disertai neraca pembayaran yang defisit. Kita tumbuh tapi impor lebih banyak," kata Sri di hadapan 500 pelaku usaha dalam pertemuan eksportir Indonesia yang digelar Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan, Selasa (7/8).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyoroti kinerja ekspor yang tumbuh kalah cepat dibandingkan impor. Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan pada semester pertama 2018 defisit 1,02 miliar dolar AS. Menkeu mengatakan, statistik impor terus mencatatkan pertumbuhan tinggi di paruh pertama 2018. "Bahkan, di beberapa bulan pertumbuhannya bisa 30 persen. Memang waktu menjelang lebaran beberapa impor melakukan front loading makanya statistik impor melonjak sekali," kata Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement