Jumat 03 Aug 2018 17:18 WIB

'Tekanan Inflasi Juli Tidak Dipengaruhi oleh Nilai Tukar'

Kenaikan inflasi karena faktor musiman.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers seusai mengadakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Jumat (29/6).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers seusai mengadakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Jumat (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan tekanan inflasi bulan Juli 2018 tidak dipengaruhi oleh pelemaham nilai tukar rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen secara bulanan (mtm), inflasi tahun kalender sebesar 2,18 persen (ytd), serta inflasi tahunan sebesar 3,18 persen (yoy). 

Perry menyatakan inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen tersebut rendah. Tidak hanya lebih rendah dari inflasi Juni yang karena pengaruh lebaran sebesar 0,59 persen, tetapi juga lebih rendah dari hitungan-hitungan yang ada sejak beberap tahun terkahir. Sehingga secara keseluruhan tahun inflasi sebesar 3,18 persen (yoy) juga dinilai masih rendah. 

"Kami juga tidak melihat adanya suatu dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap inflasi kami tidak lihat ada dampak itu," kata Perry kepada wartawan di Masjid Bank Indonesia, Jumat (3/8).

Perry menilai, inflasi masih tetap terkendali meskipun inflasi inti lebih tinggi 0,41 persen. Tetapi hal tersebut dipandang bukan karena pelemahan rupiah. Melainkan lebih karena pada bulan Juli beberapa pos mengenai harga seperti biaya sekolah, biaya sewa, biasanya mengalami kenaikan. 

Baca juga, Ekonomi Bocor dan Rezim Devisa Bebas

"Jadi kenaikan inflasi itu 0,41 persen sebagian besar karena faktor-faktor musiman yang terkait dengan biaya sekolah, biaya sewa yang baisanya memang pada bulan Juli itu pada saat pembayaran," jelasnya.

Perry juga meyakini para eksportir dan importir telah melakukan lindung nilai (hedging) dari berbagai nilai tukar. Sehingga meskipun impor mengalami kenaikan dan nilai tukar melemah tidak berdampak terhadap inflasi. 

Menurut Perry, inflasi tetap terkendali karena tiga hal. Pertama, ekspektasi inflasi terjangkar denagn baik. Artinya, para pelaku ekonomi juga ekonom di pasar terjaga. Kedua, ekonomi Indonesia masih beroperasi di bawah kapasitas nasional pertumbuhan kuartal pertama sebesar 5,06 persen dan diharapkan kuartal kedua mencapai 5,15 persen. Angka tersebut masih di bawah kapasitas output nasional sehingga tekanan inflasi dari permintaan masih rendah. 

"Yang ketiga seperti itu tadi kami tidak melihat terbukti pass through nilai tukar yang besar, jadi itu juga sudah terlihat dalam beberapa tahun terkahir pass through dari nilai tukar terhadap inflasi itu rendah," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement